JAKARTA, KOMPAS.com — Budayawan Betawi Ridwan Saidi tak ingin berkomentar banyak mengenai rencana pelaporannya ke polisi oleh Yayasan Tandi Pulau yang berisi para budayawan di Sumatera Selatan.
"Mengenai rencana orang melaporkan, masak saya mesti tanggapin? Saya enggak mau kasih komentar deh, nanti dibilang begini begitu," ujar Ridwan saat dihubungi Kompas.com, Rabu (28/8/2019) siang.
Pria 77 tahun itu mengaku hanya ingin mengomentari masalah ini dari segi keilmuan sejarah. Menurut dia, pernyataan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan fiktif mengandung dasar keilmuan.
"Yang mau saya komentarin tentang materi perdebatan saja. Saya tetap akan penuhi panggilan (jika dipanggil) dan akan tetap bicara dalam konteks keilmuan," ia menjelaskan.
Baca juga: Sebut Sriwijaya Kerajaan Fiktif, Budayawan Betawi Ridwan Saidi Terancam Dilaporkan ke Polisi
"Bicara kesejarahan, saya punya hak untuk mengatakan, dasar-dasar pemikiran sekarang yang dipakai selama ini bahwa Sriwijaya ada itu salah. Saya kan punya argumen," Ridwan menambahkan.
Sebelumnya, ucapan Ridwan Saidi yang menyebutkan Kerajaan Sriwijaya fiktif diunggah dalam video di kanal YouTube "Macan Idealis".
Yayasan Tandi Pulau yang berisi para budayawan di Sumatera Selatan akan menempuh jalur hukum terkait pernyataan tersebut.
Ketua Yayasan Tandi Pulau Erwan Suryanegara mengatakan, setelah mereka melihat tayangan YouTube yang disebarkan pada 23 Agustus 2019 tersebut, ada dugaan unsur kesengajaan dari pihak pengelola akun untuk mendapat pundi-pundi rupiah dengan menyebarkan video itu.
Baca juga: Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Sriwijaya Fiktif, Gubernur Sumsel Anggap Hanya Cari Sensasi
Yayasan Tandi Pulau, menurut Erwan, juga akan membuat video yang diunggah ke YouTube dengan menampilkan seluruh data artefaktual arkelogis, hasil temuan ilmiah para arkeolog, baik dari Sumatera Selatan maupun secara nasional, yang terkait dengan Sriwijaya.
"Kata-kata atau pernyataan bahwa Sriwijaya itu fiktif dan Sriwijaya itu hanya suatu bajak laut sebenarnya pernyataan ngawur, pernyataan yang tidak mendasar, tanpa memiliki data yang ilmiah," ujar Erwan, Selasa (27/8/2019).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.