Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Hidup Abdul Wahab, Tak Patah karena Kusta

Kompas.com - 09/09/2019, 17:05 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Palupi Annisa Auliani

Tim Redaksi

Ia bahkan sering merasakan kata-kata ledekan dari teman sebayanya.

"Jadi kalau saya olahraga teman-teman bilang, 'Wahab itu di punggung kamu ada gambar peta'. Kalau panu biasa kan basah, kalau kusta itu kering. Jadi di tempat itu pori-porinya mungkin tertutup. Jangka waktunya lama timbul reaksi rasa panas," kisah Wahab.

Karena masih awam tentang penyakit kusta, Wahab dan keluarganya hanya menempuh pengobatan herbal dengan menggunakan obat-obat kampung.

Rupanya pengobatan ini cukup ampuh, kusta yang dideritanya sempat hilang. Namun, kusta menyerang lagi saat dia duduk di bangku SMA. 

Saat itu Wahab dan keluarganya tinggal di Solo, Jawa Tengah, meski mereka berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Dari gurunya di Solo dia tahu soal RS Sitanala yang menangani kusta. 

"Saya aslinya dari Palembang. Jadi waktu saya sekolah (di Solo), kata guru saya, 'Coba kamu ke Sitanala'. Mungkin guru tahu, kan dulu ada pelajaran ilmu kesehatan. Dari Solo baru SMA kelas 2, ke Jakarta," tutur Wahab.

Mati rasa dan kehilangan sebagian jari

Kusta yang diderita Wahab makin menyebar hingga menyerang saraf periferi. Tangan dan kakinya mati rasa. Suhu makanan dan benda lain tak lagi terasa. 

"Tangan, kaki juga, itu kulitnya jadi enggak berasa.  Makanya harus pakai otak ini panas atau enggak (untuk mendeteksi suhu benda), karena enggak berasa," ujar dia.

Selain mati rasa, jari di tangan Wahab tak lagi lengkap, juga karena serangan bakteri Mycobacterium leprae penyebab kusta.

Berobat ke RS Sitanala, Ia pun memutuskan menetap di Kampung Kusta. Dia terus menjalani pengobatan rutin hingga dinyatakan sembuh pada 1989. 

Yang dirasakan Wahab sekarang bukan lagi keluhan terkait kusta melainkan lebih banyak karena faktor usia. Misal, darah tinggi dan diabetes. 

"Ya kebanyakan lambung, diabetes, darah tinggi. Biasa, penyakit orang tua," kata dia sembari tertawa.

Meski demikian, Ia tak ingin pindah dari Kampung Kusta. Wahab menikah di sini dan memilih menghabiskan masa tuanya di Kampung Kusta.

Aktif berkegiatan

Menjadi pasif karena penyakit kusta tak berlaku bagi Wahab. Ia mengaku lebih senang aktif berkegiatan. Bahkan, dia pernah menjadi ketua rukun tetangga (RT) di Kampung Kusta.

"Ada jadi RT. Saya 15 tahun jadi Ketua RT. Saya, alhamdullilah di sini lebih banyak bergaul," ungkap Wahab.

Tak hanya menjadi ketua RT, Ia pun tertarik dengan dunia politik. Wahab sempat bergabung bersama Partai Amanat Nasional (PAN) tingkat Kecamatan Neglasari.

"Saya (pernah) duduki ketua PAN di tingkat kecamatan. DPC. Saya pernah ketemu Amien Rais, terus istri Hatta Rajasa saya mengajukan waktu masih di partai," ucap dia dengan wajah berseri.

Aktif berkegiatan, ungkap dia, membuat orang-orang di luar lingkungan penderita kusta ikut terbiasa pula tak memandang rendah penderita atau mantan penderita kusta. 

Tak mengherankan, Wahab pun menjadi salah satu tokoh yang cukup dipandang dan dihormati di Kampung Kusta.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com