“Saat kejadian itu aku cuman bisa teriak, mau ngejar juga tidak bisa karena mereka naik motor,” katanya.
Selain dilecehkan, para pesepeda kerap diangggap pengganggu di jalanan oleh pengendara lain.
“Jadi aku suka kaya diserempet bahkan diteriakin karena lama bawa sepedanya,” katanya.
“Kalau di negara-negara lain mereka mendahulukan kendaraan non motor, tapi kalau di sini kalau udah lampu hijau mereka udah memencet bel karena sudah kelamaan. Karena dianggap menganggu ritme motor yang sangat cepat,” tutur Vida.
Pesepeda lain, Efi Sri Handayani, juga mengalami masalah yang sama.
Ia mengaku seringkali mendapat perilaku tak baik dari pengendara lainnya jika melintas menggunakan sepeda.
“Aku pernah malem-malem terus kaya dipepet gitu dan mareka godain aku lalu kabur,” kata Efi.
Kejadian tak mengenakkan itu terjadi berkali-kali. Ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Menurut mereka, pelecehan seperti itu bisa dicegah dengan adanya jalur khusus pesepeda yang seharusnya dibuat pemerintah.
Masalahnya saat ini, trotoar di banyak tempat di Jakarta sudah dirampas oleh pengemudi motor dan pedagang kaki lima.
“Menurutku sekarang ini tata kotanya malah disesuaikan dengan kendaraan motor maupun mobil aja. Liat aja DP (uang muka) rendah bisa beli kendaraan sehingga bertambahlah kendaraan tiap harinya,” kata Veda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.