JAKARTA, KOMPAS.com - Demo penolakan Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi dan RKHUP (Rancangan Kitab Hukum Umum Pidana) yang berakhir ricuh di sekitar Gedung DPR RI memiliki dampak pada warga sekitar.
Sejumlah wilayah kena getahnya karena menjadi tempat massa melarikan diri dari tembakan gas air mata.
Misalnya seperti daerah Pejompongan, Slipi, Karet, Tanah Abang, Senayan, Palmerah, dan Jakarta Convention Center.
Warga yang beraktifitas di sekitar tempat itu ikut terkena gas air mata.
Salah satu yang terdampak adalah Muhadi (48), warga yang tinggal di Pejompongan Raya.
Muhadi menceritakan keluh kesahnya yang belakangan ini terus menerus terkena gas air mata hingga rumahnya dimasuki oleh pedemo.
Muhadi yang bekerja sebagai tukang las ini mengatakan, setiap hari merasa khawatir karena demo ricuh ini.
"Jadi setiap bangun tidur itu kaya mikir saja, ada apa lagi ya hari ini, masih ada demo tidak ya. Ada rusuh tidak ya nanti malam. Ya begitulah," ujar Muhadi di depan rumahnya sambil mengepel rumahnya di Pejompongan Raya, Jakarta Pusat, Senin (30/9/2019) malam.
Baca juga: Selasa Siang, Mahasiswa Akan Kembali Demo di Depan Gedung DPR
Bapak dua anak ini sudah seminggu belakangan merasakan gas air mata. Meski berada di dalam rumah, ia tetap merasakan gas air mata.
Setiap hari ia pun selalu mengoleskan wajahnya dengan pasta gigi agar gas air mata itu tak terasa perih di matanya.
"Saya juga sudah stok masker, jadi saya di rumah sambil pakai masker saja kaya pedemo,” kata Muhadi tersenyum.
Bahkan dia sudah terbiasa dengan bunyi tembakan gas air mata lantaran sudah sering mendengarnya.
Senin, 30 September kemarin, Muhadi mengatakan, bentrokan antara massa dan aparat mulai terjadi pada pukul 16.00 WIB.
Saat itu ia tengah mengerjakan pesanan las di halaman rumahnya. Adapun rumah Muhadi juga dijadikan tempat usaha bengkel lasnya.
"Dalam hati saya kok sudah cepat banget terdengar bunyi tembakan gas air mata padahal masih sore tapi saya dengarnya dari kejauhan dulu karena bentroknya masih di flyover Slipi," katanya.
Namun, lambat laun suara tembakan gas air mata dan suara keributan massa dan aparat itu semakin dekat. Ia pun langsung melihat ke luar. Dia kaget karena situasi di depan rumahnya sudah seperti tawuran.
Baca juga: Gelar Unjuk Rasa Lagi Hari ini, Mahasiswa Akan Pulang Pukul 17.00 WIB
Massa menembakkan petasan dan aparat membalasnya dengan tembakan gas air mata.
Muhadi mengaku takut saat itu lantaran ada sejumlah massa yang tiba-tiba masuk ke dalam rumahnya.
“Mereka (massa) tiba-tiba ada di kamar saya berjatuhan,” ucap Muhadi.
Karena takut ada sejumlah massa di rumahnya, Muhadi pun dengan cepat langsung keluar rumah dan mengungsi ke tetangga lainnya. Ia juga langsung cepat-cepat menutup tokonya.
Untungnya, saat kembali ke rumah, tak ada barang yang hilang dari rumahnya.
"Cuma pintu doang agak rusak sama pagar sedikit karena kan massa tadi maksa masuk gitu jadinya sedikit rusak," ucapnya.
Muhadi mengatakan, belakangan ini pelanggannya jarang mendatangi bengkelnya. Sebab mereka takut ke bengkelnya yang masih rawan kericuhan.
"Sudah dua hari inilah belum ada yang datang pelanggan," kata Muhadi.
Tidak hanya sepi, pesanan pelanggan pun jadi terlambat dikerjakan lantaran aksi kericuhan yang terus menerus ada di depan rumahnya.
Gas air mata hingga massa yang ricuh membuatnya menunda pekerjannya.
"Jadi saya kerjanya juga lama, orang mau ngelas bagaimana, gas air mata terus ditembakkin ke daerah sini. Massa juga pada lari-larian ke daerah ini, saya ngerjainnya juga jadi tidak konsen," tambah Muhadi.
Ia pun berharap aksi bentrok antara massa dengan aparat saat demo ini tak terjadi lagi supaya warga Pejompongan bisa beraktivitas dengan nyaman dan tentram kembali.
"Saya berharapnya sudah tidak ada lagi lah ya ricuh-ricuh. Maunya tentram lah semuanya biar kerja dan tidur di sini pun aman-aman," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.