JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah saung yang terbuat dari bambu berdiri di kawasan Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
Saung itu dihiasi dengan sejumlah pigura berisi sertifikat di dindingnya. Meja-meja belajar disusun di salah satu sudut saung.
Langit-langitnya pun ramai oleh dekorasi bertemakan anak-anak.
Saung itu adalah tempat belajar Roemah Tawon, sebuah organisasi non-profit yang berfokus pada kegiatan edukasi seni dan budaya.
Setiap harinya, organisasi ini menfasilitasi anak jalanan di pinggiran rel sekitar Tanah Tinggi untuk belajar.
Roemah Tawon didirikan oleh empat orang pemuda pada tahun 2013. Para pemuda tersebut awalnya juga berlatar belakang sebagai pengamen jalanan.
"Mereka itu setiap hari di jalan nongkrong, ngamen. Lalu datang ulama, dapat hidayah mereka," cerita Ayah Apit, salah satu pengurus Roemah Tawon.
Dari sanalah, empat orang pemuda yang diketuai oleh Fais, memulai kegiatan mereka untuk mendidik anak jalanan lainnya. Tanah milik keluarga Ayah Apit menjadi lokasi mereka mendirikan rumah singgah untuk belajar.
Proses belajar mengajar di Roemah Tawon dibagi berdasarkan usia. Anak-anak usia 4-7 tahun disebut dengan istilah "tawon cilik", sementara usia 8-18 tahun disebut "anak tawon".
Para pengajar umumnya sukarelawan dari berbagai komunitas pengajar di Tangerang.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan