Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen IPB Ungkap Awal Rencana Kerusuhan: Anggap Negara Runyam hingga Peledakan Bom

Kompas.com - 08/10/2019, 15:52 WIB
Sabrina Asril

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - AB (44), dosen IPB yang kini dinonaktifkan membeberkan awal mula tuduhan soal rencana membuat rusuh di tengah Aksi Mujahid 212 beberapa waktu lalu.

Untuk diketahui, di rumah AB di kawasan Bogor, polisi menemukan 29 bom ikan berdaya ledak tinggi. Bom itu diduga untuk diledakan di tengah demonstrasi penolakan UU KPK dan RKUHP.

Kepada Kompas, AB (44), menegaskan nasibnya kini dalam bahasa Jawa ibarat ketiban awu anget atau tertimpa kemalangan. Pasalnya, empat orang nelayan yang ternyata membawa bom ikan menginap di rumahnya.

Awalnya, dia hendak mengusir mereka. Namun, rasa segan menghinggapi.

”Kalau saya tidak izinkan (para pembuat bom menginap), saya tidak terseret. Tapi sudah lewat, kalau saya pikirkan, malah saya sakit. Andaikan bisa diputar ulang, jangan di rumah saya, tapi tidak bisa diputar ulang,” ucap AB.

Baca juga: Pengakuan Dosen IPB dan Kisah 4 Tamu Pembuat Bom

Terlepas dari kemalangan nasibnya yang kini disebut polisi berperan menyimpan bom ikan, AB menuturkan bahwa rencana membuat kerusuhan itu awalnya tercetus dari sebuah pertemuan.

Pertemuan dilakukan di rumah seorang tokoh di Ciputat, Tangerang Selatan. Dalam pertemuan itu, seluruh peserta sepemahaman bahwa negara ini sudah runyam.

Kerunyaman itu, menurut AB, antara lain serbuan tenaga kerja asing untuk mengerjakan pekerjaan kasar. Maka, dia menganggap perlu ada tindakan untuk mengusik para pembuat kerunyaman itu.

Tak hanya itu, masalah logo Bank Indonesia (BI) di uang kertas yang mirip lambang palu arit juga jadi persoalan yang melatari aksi ini.

Baca juga: Polri: Bom Rakitan dari Dosen IPB Berdaya Ledak Tinggi, Bukan Molotov

AB lalu meminjam selembar uang kertas Rp 50.000, kertas kosong, dan pena kemudian menjelaskan tentang logo palu arit tersebut sambil membuat sketsa.

”Yang punya logo seperti ini komunis. Bangsa Indonesia tidak perlu logo seperti ini. Itu dibantah BI, tetapi faktanya seperti itu. Teman saya di BI bilang kita kecolongan ada yang bikin draf seperti itu dibiarkan. Akhirnya disimpulkan tidak bisa dibiarkan, negeri ini makin genting. Apa yang bisa kita lakukan,” tutur dia.

Akhirnya, disimpulkan perlu shock therapy untuk mengusik para pembuat runyam negara. Mengusik bisa dua cara, yaitu mengusik keluarga atau mengusik bisnis.

Rencana mengusik keluarga dicoret karena bisa menimbulkan korban nyawa.

Rencana mengusik bisnis mereka dipilih dengan meledakkan bom ikan di pusat bisnis, pertokoan, dan pergudangan. Bom direncanakan diledakan pada 24 September. Namun, karena pada tanggal itu para peracik bom belum siap, diundur pada 28 September.

”Masalahnya, S (salah satu tersangka yang ditangkap), yang mendatangkan empat orang itu, bilang tiket dan bahan (bom) saya yang beli. Padahal, itu tidak benar. Yang mendanai mereka, ya, bapak-bapak itu yang menyanggupi untuk mendatangkan mereka. Dugaan saya, S menerima uang dari… (AB menyebut beberapa nama),” katanya.

Baca juga: Dosen IPB Abdul Basith Disebut Polisi Jadi Donatur terkait Rencana Rusuh di Aksi Mujahid 212

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com