Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Bengkel Diklat di Balik SMKN 35, Siswa Diawasi Agar Tak Iseng Jika Tembok Dibongkar

Kompas.com - 02/11/2019, 09:53 WIB
Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Faktor keamanan menjadi salah satu pertimbangan untuk menjebol tembok antara SMKN 35 dengan bangunan P2KPTK2.

Salah satunya karena di lahan bangunan yang dijadikan tempat pendidikan dan latihan (Diklat) itu terdapat bangunan tua zaman penjajahan Belanda.

Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Guru dan Kejuruan (P2KPTK2) Jakarta Barat Badariah pun mengajak Kompas.com berkeliling bangunan yang berada di Jalan Kerajinan No 42, Taman Sari, Jakarta Barat, Jumat (1/11/2019).

"Kalau ini bangunan sudah tua dan lama ya mas, karena memang harus kita jaga juga bangunanya kayaknya sudah dari zaman Belanda," ucap Badariah.

Bangunan lama itu berada persis di samping gedung SMKN 35, hanya saja terdapat pagar besi pemisah dan pintu kecil yang saat ini ditembok.

Baca juga: Ingin Selesaikan Masalah Tembok SMKN 35, Kepala P2KPTK2 Hubungi Anggota DPRD DKI

Setelah berkeliling, Badariah menunjukkan isi dari bagian bangunan tua nan kokoh itu.

Terdapat dua bangunan besar yang membentuk persegi panjang. Bangunan pertama diperuntukkan untuk diklat mesin, sementara bangunan lainnya dipakai untuk diklat otomotif dan diujungnya untuk musholla.

"Ya ini bangunannya, dalam sini ada mesin ya kan disini untuk diklat guru dan sertifikasi anak-anak SMK. Jadi kalau mau dapat sertifikat harus melalui ujian," ucap Badariah sambil menjelaskan lokasi per lokasi.

"Kalau ini otomotif ya ada mobil juga itu di dalam untuk praktek ya dan memang biasa kalau diklat kan satu per satu," tambah Badariah.

Benar saja, di dalam bangunan otomotif terdapat beberapa unit mobil yang diperuntukkan untuk diklat.

Belajar dari letak bangunan yang berdekatan dengan SMKN 35 membuat Badariah mempunyai kebijakan tersendiri bila tembok harus dijebol.

Baca juga: Kepala P2KPTK2 Jakarta Barat Angkat Bicara soal Tembok SMKN 35

"Kalau mau dibuka ya kita duduk bareng harus ada pengawasan lah mas, karena takutnya bila ada diklat seharian penuh mereka yang melakukan diklat bisa saja tidak konsentrasi karena keramaian murid Bukannya tidak mau menjebol, bukan tapi pengawasan tetap harus ada," ucap Badariah.

Dia khawatir siswa sekolah akan berbuat iseng jika diizinkan keluar masuk begitu saja.

Pertama kali kabar tembok pemisah sekolah dan bangunan diklat muncuk setelah anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi Nasdem Abdul Aziz Muslim mengutarakannya.

Dalam rapat Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020 di ruang rapat komisi E Gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis (31/10/2019), Abdul mengatakan bahwa beberapa tahun belakangan, sebagian gedung SMK tersebut ditutup tembok pembatas dan dijadikan Pusat Pengembangan Kompetensi Guru dan Kejuruan (P2KGK).

"Ketika adik-adik saya mau upacara, mereka harus keluar jalan kaki menuju lapangan di lokasi itu," kata Abdul kepada Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com