Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Baru Polisi Terkait Teror Penyiraman Air Keras di Jakarta Barat

Kompas.com - 19/11/2019, 08:24 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi menemukan sejumlah fakta baru terkait kasus penyiraman air keras yang dilakukan tersangka FY di tiga wilayah di Jakarta Barat.

FY telah menebar teror dengan menyiramkan air keras yang terbuat dari soda api dan air. FY menyiramkan air keras tersebut kepada sejumlah perempuan di tiga wilayah di antaranya Kebon Jeruk dan Kembangan.

Beraksi 4 kali

Sebelumnya dilaporkan, aksi teror penyiraman air keras terjadi sebanyak tiga kali. Pertama, dua siswi SMPN 229 Jakarta Barat yaitu A dan PN yang diserang FY saat mereka pulang dari sekolah pada 5 November 2019.

Baca juga: Pelaku Penyiraman Air Keras Diduga Sasar Perempuan karena Kurang Perhatian sang Kakak

Kedua, yang menimpa seorang penjual sayur keliling bernama Sakinah (60). Perempuan itu disiram air keras oleh FY di kawasan Kembangan, Jakarta Barat pada 8 November 2019.

Ketiga, penyerangan yang menimpa enam siswi SMPN 207 Jakarta Barat. Mereka disiram air keras di Jalan Mawar, Srenseng, Kembangan, Jakarta Barat pada 15 November 2019.

Saat kejadian, enam orang yang menjadi korban baru saja pulang dari sekolah.

Polisi kemudian menemukan fakta terbaru bahwa tersangka pernah menyiramkan air keras di kawasan dekat Polsek Kebon Jeruk pada 3 November 2019.

Namun, peristiwa itu tidak menimbulkan korban karena jumlah soda api yang dicampurkan ke dalam air terbilang sedikit.

"Dari pengembangan yang dilakukan penyidik, ternyata sebelumnya tanggal 3 November, FY pernah sekali lagi (menyiramkan air keras). Namun, soda apinya sedikit, jadi tidak terdampak, tidak ada korban, dan tidak ada yang melapor," ujar Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (18/11/2019).

Motif

Dugaan sementara, tersangka FY menebar teror penyiraman air keras untuk mendapatkan perhatian.

Kepada polisi, dia mengaku kurang mendapat perhatian dari kakak perempuannya selama dirawat di rumah sakit tahun 2015.

Dia dirawat lantaran jatuh saat bekerja sebagai penyedia jasa reparasi AC. Namun, pernyataan tersangka tersebut dibantah kakaknya.

Baca juga: Tersangka Penyiraman Air Keras di Jakbar Tak Alami Gangguan Kejiwaan

"Sudah dicek sama penyidik, kakaknya itu memperhatikan. Jadi, penyidik masih mendalami untuk tahu motif sebenarnya," ungkap Gatot.

Sementara itu, tersangka FY juga mengaku memilih korban perempuan karena sakit hati terhadap kakaknya. FY memilih korban dan lokasi penyiraman secara acak.

"Korbannya kan perempuan semua, baik siswi maupun ada ibu-ibu. Kenapa korbannya perempuan semua? Kerena kakaknya ini perempuan. Versi dia (tersangka FY), kakaknya kurang memperhatikan. Saya katakan ini motif sementara," kata Gatot.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com