Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wali Kota Tangerang Curhat soal Pembangunan Tersendat karena Keterbatasan Lahan

Kompas.com - 16/01/2020, 18:00 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah bercerita tentang banyak program Pemerintah Kota Tangerang yang tersendat karena lahan milik Pemkot sudah sangat terbatas.

Arief mengatakan, salah satu contoh keterbatasan lahan adalah ketika Pemkot Tangerang mengadakan acara yang membutuhkan area luas.

"Buat konser ya depan Puspem (Alun-alun kantor Wali Kota Tangerang), pameran depan Puspem, bikin ini depan Puspem. Coba dibayangin (serba depan Puspem)," kata dia saat ditemui Kompas.com di kantornya, Kamis (16/1/2020).

Baca juga: Ini Alasan Mengapa Pembangunan PLTSa Kota Tangerang Belum Ada Progres

Bahkan, Arief menilai lahan yang sempit menjadi salah satu penyebab Kota Tangerang tidak sehat dari sisi ekonomi, karena setiap kegiatan Pemkot Tangerang selalu diadakan di pusat kota.

"Ini makanya enggak sehat kotanya, karena semuanya tersentralistik," kata dia.

Arief mengatakan, Pemkot Tangerang kemudian mencoba membuat satu gerakan ekonomi dengan cara membuat festival Tangerang Expo yang akan dilakukan bergilir di 13 kecamatan Kota Tangerang.

"Makanya saya bilang Tangerang Expo itu geser, dulu di Karawaci, sekarang muter di tiap kecamatan, di-roadshow," kata dia.

Belum lagi terkait ribut-ribut soal lahan Pemerintah Kota Tangerang dengan Kementerian Hukum dan HAM, Arief tak ingin membahasnya lebih lanjut.

Baca juga: Berani Lawan Menkumham, Siapa Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah?

Dengan sedikitnya lahan tersebut, Arief juga tidak menutup kemungkinan adanya dampak ke masyarakat, seperti penggusuran dan penataan.

Untuk warga yang terdampak, Arief mengaku sudah menyiapkan rumah susun untuk tempat tinggal.

Dia juga meminta agar masyarakat tidak membuat bangunan permanen apabila tanah tersebut bukan merupakan tanah milik warga sendiri terutama lahan milik pemerintah.

"Masyarakat sering coba-coba (tempati lahan kosong), dah buat warung, kemudian ditembok, nggak diapa-apain lanjut lagi. Kalau sudah jadi permanen, digusur susah," kata dia.

Arief meminta masyarakat untuk mengerti hak dan kewajiban atas lahan agar potensi konflik di Kota Tangerang untuk pembangunan bisa diminimalisir.

"Namanya pembangunan pasti ada dampaknya. Kami, pemerintah, berusaha seminimal mungkin menghindari dampak itu," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari Sebelas RT di Tanah Tinggi Masuk dalam Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari Sebelas RT di Tanah Tinggi Masuk dalam Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang Jakut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Gardu Listrik di Halaman Rumah Kos Setiabudi Terbakar, Penghuni Sempat Panik

Megapolitan
Polisi Tangkap Dua Begal yang Bacok Anak SMP di Depok

Polisi Tangkap Dua Begal yang Bacok Anak SMP di Depok

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Hari Ini: Jakarta Berawan, Bodetabek Cerah Berawan di Pagi Hari

Prakiraan Cuaca Hari Ini: Jakarta Berawan, Bodetabek Cerah Berawan di Pagi Hari

Megapolitan
Lima Anggota Polisi Ditangkap Saat Pesta Sabu di Depok, Empat di Antaranya Positif Narkoba

Lima Anggota Polisi Ditangkap Saat Pesta Sabu di Depok, Empat di Antaranya Positif Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com