Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Kelam Koteka Era Orba, Warga Papua Dirazia dan Dipaksa Pakai Celana Pendek

Kompas.com - 22/01/2020, 05:35 WIB
Singgih Wiryono,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ribut-ribut soal koteka setelah dua aktivis Papua menggunakannya di dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat beberapa waktu lalu adalah sedikit kisah potret diskriminasi yang diterima warga Papua.

Jauh sebelumnya, koteka memiliki riwayat kelam di negeri ini. 

Arsip berita Kompas mencatat, pernah terjadi operasi koteka di tahun 1971 untuk mengganti keberadaan koteka di tanah Papua dengan celana pendek.

Berita yang ditulis pada 3 Agustus 1971 tersebut mencatat dana yang digelontorkan pemerintah untuk mengganti koteka di tanah Papua dengan celana pendek sebesar Rp 205 juta.

Baca juga: Asal Usul Koteka, Pakaian Khas Suku Dhani hingga Pernah Dirazia Zaman Orba

Operasi yang disebut dengan Operasi Koteka tersebut menargetkan seluruh pengguna koteka di Irian Barat (saat ini Papua). Mereka dipaksa beralih menggunakan celana pendek.

Saat itu, jumlah penduduk Irian Barat menembus angka 865.309 jiwa.

Dari jumlah tersebut, di tahun 1971 ada 259.593 orang Irian Barat sudah beralih dari penggunaan koteka dengan celana pendek.

Operasi tersebut ternyata tidak hanya pada koteka, melainkan juga pada kaum wanita Irian Barat yang menggunakan sali dan yokal, rok jumbai yang terbuat dari rumput gajah.

Baca juga: Koteka Dipersoalkan Hakim PN Jakpus, Bagaimana Aturan Pakaian Terdakwa dalam Sidang?

Wanita-wanita Papua itu diberikan sarung sebagai pengganti sali dan yokal yang mereka kenakan.

Pemerintah saat itu melalui Departemen Penerangan mengatakan, operasi koteka tersebut sebagai langkah awal untuk memajukan para penduduk pedalaman yang disusul dengan langkah-langkah lainnya.

Operasi mengalami kesulitan

Operasi koteka ternyata tidak berjalan mulus seperti yang direncanakan.

Koran Kompas menerbitkan laporan terkait kesulitan-kesulitan yang dialami pemerintah terkait operasi "membajukan" orang Irian Barat ini.

Kolonel Bambang Sumitro yang saat itu menjabat sebagai Ketua Task Force Pembangunan Masyarakat Pedalaman bertanggung jawab atas kegagalan Operasi Koteka itu.

Bambang menjelaskan, yang menjadi kesulitan saat operasi koteka berlangsung adalah pola pikir masyarakat yang sudah berusia tua di Irian Jaya.

"Cara berpikir mereka (orang tua Irian Barat) sudah sulit sekali diubah," keluh Bambang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com