Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Anak Meninggal karena Demam Berdarah di Bogor

Kompas.com - 10/03/2020, 18:45 WIB
Sandro Gatra

Editor

Sumber Antara

BOGOR, KOMPAS.com - Sebanyak empat anak warga Kota Bogor meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) pada periode Januari hingga Maret 2020.

"Empat warga Kota Bogor itu masih usia anak-anak dan sempat dibawa ke rumah sakit, tapi saat dibawa ke rumah sakit sudah dalam kondisi DSS (dengue shock syndrome)," kata Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, di Kota Bogor, Selasa (10/3/2020), seperti dikutip Antara.

Menurut Retno, dari empat anak yang meninggal dunia, satu anak warga Kelurahan Balumbangjaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, meninggal dunia, pada Januari.

Kemudian, satu anak, warga Kelurahan Harjasari Kecamatan Bogor Selatan meninggal dunia, pada Februari.

Kemudian, dua anak lainnya adalah warga Kelurahan Sempur Kecamatan Bogor tengah, meninggal dunia pada Maret.

Menurut Sri Nowo Retno, selama Januari hingga Maret, terjadi tren peningkatan kasus BDB, yakni sebanyak 43 kasus pada Januari.

Kemudian meningkat menjadi 66 kasus pada Februari, serta 11 kasus pada Maret hingga Selasa (10/3) hari ini.

Retno menjelaskan, pasien DBD itu memang tidak bisa langsung dipastikan DBD, pada hari pertama atau hari kedua.

"Gejala awal DBD mirip dengan gejala demam pada umumnya. Kalau deman tidak turun sampai hari kedua, biasanya Faskes (fasilitas kesehatan) akan merujuk pasien untuk cek darah di laboratorium," katanya.

Dari hasil cek darah di laboratorium, kata dia, akan diketahui berapa trombosit pasien yang demam.

"Ini akan menjadi indikator, si pasien terkena DBD atau tidak," katanya.

Retno menambahkan, setelah cek laboratorium dan diketahui trombositnya menurun, harus dirawat di rumah sakit, dengan diberi cairan infus.

"Pasien juga harus terus dipantau kondisinya, karena pada hari keempat biasanya masuk fase kritis, pasien dijaga agar tidak drop," katanya.

Kalau pasien sudah drop dan dalam kondisi "dengue shock syndrome" disertai pendarahan baru dibawa ke rumah sakit. Hal itu yang membuat pasien sulit ditolong.

Pada kesempatan tersebut, Retno juga berpesan kepada warga Kota Bogor, untuk menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Warga diminta melakukan tiga hal, yakni menguras bak, menutup tempat air, serta mengubur benda-benda yang bisa digenangi air.

"Karena siklus hidup nyamuk Aedes Aegepty penyebab DPD itu bertelur dan menjadi jentik di air bersih," katanya.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com