Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komunitas Adat Didorong Patuh Imbauan Pencegahan Penyebaran Covid-19

Kompas.com - 19/03/2020, 14:37 WIB
Walda Marison,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komunitas adat di Indonesia didorong agar patuh pada segala imbauan pencegahan penyebaran Virus Corona.

Peran mereka penting untuk mencegah penyebaran Covid-19 tidak semakin meluas.

Peneliti Ahli Utama bidang Kebudayaan LIPI, Alie Humaedi, mengakui imbauan yang disampaikan pemerintah sedikit bertentangan dengan kultur masyarakat adat Indonesia pada umumnya.

Imbauan tersebut diantaranya social distancing atau menjaga jarak antara yang satu dengan yang lain serta menghindari kerumunan.

Baca juga: Dilema Pesta Adat Pernikahan Batak di Tengah Merebaknya Virus Corona

Dia menilai, hampir dalam setiap keseharian kita selalu bersinggungan dengan orang lain, terutama dalam acara adat.

"Nah secara umum dalam siklus kehidupan dan ritual, upacara siklus kehidupan baik kelahiran, kematian, perkawinan hampir menuntut kolektivitas atau komunalitas," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/3/2020).

Namun dalam keadaan ini, diperlukan kesedian setiap individu untuk mencari strategi untuk menjalankan budaya kolektifitas, namun tidak menganggu keinginan orang lain untuk tetap hidup sehat.

Baca juga: Keluh Kesah Warga yang Tunda Pernikahan dan Ruginya Pengusaha Catering akibat Corona

Alie menekankan upaya ini bukan berarti mengubah substansi budaya seutuhnya. 

"Caranya apa? Ya mungkin caranya tetap dengan kebiasaan upacara siklus kehidupan tetap dilakukan seperti pernikahan, kelahiran dan acara adat lain tetapi kemudian ada keadaban publiknya. Satu, menggunakan masker. Dua, menggunakan hand sanitizer. Tiga, mengambil jarak dulu. Jadi tetap acara itu berlangsung," terang dia.

Kesehatan harus utama

Di beberapa komunitas adat, kondisi kesehatan bukan menjadi fokus utama. Sehat atau sakit, bahkan hidup atau mati seseorang diyakini merupakan urusan Yang Maha Kuasa.

Apapun akan dilakukan demi menjalankan acara adat.

Alie melihat pola fikir seperti itu memang jadi pengangan hidup setiap masyarakat adat. Namun, terkadang bertentangan dengan dunia medis.

"Pandangan soal sakit penyakit selalu berujung kepada Tuhan, sesuatu Yang Maha Kuasa. Ini yang kemudian di satu sisi bertolak belakang dengan dunia medis, dunia klinis bahwa sakit dan penyakit itu bisa diciptakan oleh pribadi oleh lingkungan dan sebagainya," jelas dia.

Baca juga: Kasus 02 Ingatkan Pentingnya 14 Hari di Rumah untuk Putus Rantai Covid-19

Pada akhirnya, akan ada pertemuan pola pikir yang terjadi di masyarakat, yakni yang bersifat transenden (berbau ketuhanan) dan Profan (pemikiran yang tidak bersangkutan dengan agama).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com