Terawan didesak tak lagi buang-buang waktu dan segara mengambil langkah tersebut agar para dokter muda bisa segera dikerahkan ke fasilitas-fasilitas kesehatan yang kini mulai kedodoran dibanjiri pasien covid-19.
"Mereka tidak bisa bekerja struktural tanpa diikat status magang seperti ko-as. Kalau hanya modal relawan, ya elah, siapa yang mau berjibaku tiap hari di medan perang begini?" ungkap Imam, Kamis kemarin.
"Kalau menangani Covid-19 diangkat sebagai magang, mereka tentu akan lebih semangat karena tak harus mengikuti 1 tahun lagi magang di rumah sakit untuk ko-as. Atau, katakanlah menangani covid-19 (selama) 6 bulan, nanti sisanya tinggal 6 bulan lagi magang di rumah sakit," imbuh dia.
Dengan jumlah di atas 25 ribu orang, dokter-dokter muda lulusan 2018 dan 2019, Imam anggap sanggup melengkapi kebutuhan tenaga medis di tengah pandemi covid-19.
Menurut Imam, sejalan dengan instruksi Presiden RI Joko Widodo untuk menggelar lebih banyak rapid test Covid-19, dokter-dokter muda itu layak dijadikan garda terdepan rapid test dengan pelatihan dan diskresi Menkes.
"Selama ini bottleneck di Menkes. Giliran ada negara lain yang mau bantu, bantuan ditahan bea cukai karena terbelit perizinan Kemenkes," kata Imam.
"Diskresi ini semua ada di tangan Menkes. Harusnya itu kreativitas Menkes," ujar dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.