Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Batal Pulang Kampung demi Lindungi Keluarga dari Covid-19...

Kompas.com - 31/03/2020, 17:09 WIB
Nursita Sari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumat malam, 27 Maret 2020, seharusnya menjadi jadwal pulang kampung bagi Arief (29).

Waktu yang ditunggu-tunggu untuk berjumpa istri dan putri semata wayangnya di kampung halaman, Majalengka, Jawa Barat.

Sebagai seorang karyawan swasta, hari libur Arief tak selalu jatuh pada akhir pekan. Tak setiap pekan pula ia dapat jatah libur dua hari, apalagi berturut-turut.

Karena itu, Arief selalu menyempatkan diri untuk pulang kampung setiap kali memiliki waktu libur dua hari berturut-turut.

Baca juga: ODP Covid-19 di Tebet Melarikan Diri saat Diisolasi Mandiri, Diduga Gangguan Jiwa

Biasanya, ia pulang kampung malam hari setelah bekerja, dan kembali ke Ibu Kota dini hari, tepat pada hari ia harus kembali bekerja. Alasannya demi memanfaatkan waktu sebanyak mungkin bersama keluarga kecilnya.

Namun, Jumat malam pekan lalu, Arief memilih tetap di Jakarta. Ia memilih menahan rindu pada anak istrinya. Alasannya hanya satu, melindungi sang istri dan anak dari virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19.

Meski merasa sehat, Arief khawatir terpapar virus itu dan menularkannya kepada istri dan anak.

"Kangen dong, namanya sama anak istri sendiri, tapi mau bagaimana lagi, jadi video call aja," ujar Arief kepada Kompas.com, Selasa (31/3/2020).

Baca juga: 5 Fakta Isolasi Ratusan Jemaah Masjid Kebon Jeruk, 3 Positif hingga Ada 78 WNA

Arief berujar, istrinya berharap wabah Covid-19 segera berakhir. Dengan demikian, sang suami bisa pulang, melepas rindu dengannya dan sang buah hati.

Selain itu, Arief juga sudah punya rencana memboyong istri dan anaknya ke Ibu Kota dalam waktu dekat. Ia pun terpaksa menunda rencana itu dan berharap badai Covid-19 segera tuntas.

"Kalau enggak ada corona, tadinya saya mau ajak istri ke Jakarta, bulan depan rencananya, sebelum puasa. Eh ada beginian (wabah Covid-19), enggak jadi deh," kata dia.

Warga lain yang juga membatalkan rencana pulang kampungnya adalah Ika (28). Ia seharusnya pulang kampung ke Solo, Jawa Tengah, pada 19 April mendatang, untuk berziarah ke makam sang ayah.

Namun, wabah Covid-19 membuatnya membatalkan tiket pesawat yang sudah dipesan jauh-jauh hari.

Baca juga: Gaji Wali Kota dan ASN Lingkungan Pemkot Bekasi Akan Dipotong untuk Lawan Covid-19

"Mau ke makam ayah sebelum puasa rencananya. Tapi jadinya ke Solo kalau sudah aman aja. Kemarin sudah minta tolong saudara di sana buat bersihin makam ayah," ucap Ika.

Ika membatalkan rencana pulang kampungnya karena khawatir tertular virus corona dalam perjalanan dan menularkannya kepada keluarga di Solo. Apalagi, neneknya di kampung sudah sepuh.

"Takut, di pesawat kan enggak tahu bakal ketemu siapa. Apalagi di kampung banyak keponakan yang masih balita sama nenek udah umur 70-an tahun," tuturnya.

Devy (25) menceritakan kisah serupa. Apalagi, ia berprofesi sebagai perawat di salah satu rumah sakit di Jakarta.

Baca juga: Pemerintah Umumkan Keputusan soal Mudik Besok Sore

Meski bekerja di rumah sakit non-rujukan Covid-19, ia merasa tetap berisiko tinggi terpapar virus corona. Karena itu, ia menahan diri untuk pulang kampung pada Maret ini, meski harusnya ia pulang satu bulan sekali.

"Aku takut jadi carrier, kasihan keluarga. Apalagi aku kerja di tempat risiko tinggi, belum lagi pulang naik kendaraan umum yang kita enggak tahu penumpangnya dari mana aja, tahu etika batuk atau enggak, jangan-jangan ada yang pembawa (virus)," ujar Devy.

Untuk mengobati kerinduannya pada keluarga, Devy pun lebih sering melakukan panggilan video dengan sang ibu, ayah, dan keluarganya di rumah.

Dalam komunikasinya dengan keluarga via telepon, Devy mengaku pernah menangis karena kemungkinan tak bisa pulang pada Lebaran tahun ini.

Baca juga: Anies Diminta Jamin Hidup Kelompok Miskin, APD Tenaga Medis, hingga Stok Pangan Sebelum Lockdown Jakarta

"Aku udah bilang ke mama, sudah nangis malah, karena kayaknya enggak bisa mudik Lebaran, soalnya (wabah Covid-19) diperkirakan masih sampai awal Juni, itu pun kalau penanganan tercepat," kata Devy.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beberapa kali mengingatkan warga agar tidak pulang kampung dalam situasi mewabahnya virus corona ini.

Warga diminta tidak pulang kampung karena dikhawatirkan justru membawa virus corona dan bisa semakin menyebar di wilayah lain.

"Jadi, kita di DKI kalau secara imbauan saya sudah menyampaikan dua minggu lalu, jangan pulang kampung, jangan meninggalkan Jakarta demi kebaikan seluruh masyarakat," ucap Anies.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com