Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

New Normal, Bersediakah Masyarakat Berdamai dengan Covid-19?

Kompas.com - 19/05/2020, 15:57 WIB
Walda Marison,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah pelan-pelan mulai menggaungkan istilah new normal di tengah pandemi Covid-19 ini.

New normal yang dimaksud adalah pilihan untuk kembali bekerja seperti biasa di tengah ketidakpastian kapan wabah yang disebabkan virus corona tipe 2 (SARS-CoV-2) ini berakhir.

Seperti yang dikatakan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, masyarakat harus bisa berdamai dengan Covid-19 sehingga dapat beraktivitas normal dengan catatan tetap mengikuti aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Namun, apakah sudah seluruhnya masyarakat bersedia untuk beradaptasi dengan new normal ini?

Baca juga: New Normal Bukan Berarti Menantang Virus, tetapi Patuh Protokol Kesehatan

Warga DKI Jakarta, Melda Hotmaida Hariandja, menilai bahwa kembali beraktivitas dengan mengikuti ketentuan PSBB dapat menjadi solusi untuk kondisi saat ini.

"Saya berfikir percuma saja diam di rumah, pada akhirnya tetap saja kendaraan umum dibuka, tempat umum juga ada yang dibuka, jadi seperti merasa percuma saja, gitu," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Selasa (19/5/2020).

Ditambah soal Permenhub yang memberikan lampu hijau beroperasinya kembali moda transportasi dinilai membuat program PSBB sia-sia.

"Terus ada wilayah yang enggak boleh masuk, buat apa kayak gitu kalau ujung-ujungnya bandara juga dibuka, kereta api juga sudah buka, terminal juga buka," ucap Melda.

Masih kata Melda, yang bisa menyelamatkan masyarakat adalah diri sendiri, dengan menjaga pola hidup, menjaga kebersihan dan memerhatikan ketentuan physical dan social distancing selama beraktivitas di luar.

Baca juga: Apakah New Normal Sama dengan Herd Immunity? Ini Penjelasan Ahli

Hal yang sama juga dikatakan oleh Arifin Aris. Pria yang bekerja sebagai ojek online ini setuju apabila masyarakat kembali beraktivitas seperti biasa. Hal tersebut memberikan dampak pada penghasilan Arifin.

"Sudah berbulan-bulan saya seminggu cuma dapat Rp 20.000, Rp 30.000. Ini cuma karena Corona doang. Penginnya sih kembali seperti normal lagi. Toh selama saya narik pas PSBB masih banyak juga warga yang keluar rumah beraktivitas," terang dia.

Namun, hal berbeda datang dari Boby Firmansyah. Pria yang sudah tiga bulan mengikuti ketentuan work from home (WFH) mengaku khawatir dengan rencana tersebut. 

"Saya terus terang kaget dengan pemerintah seperti itu. Gimana mau bedamai, orang kasus positif masih ribuan kok malah nyuruh warganya berdamai dengan Corona? Jadi percuma dong kita dari kemarin WFH kalau ujungnya kayak gini," ucap Boby.

Baca juga: Pemerintah: New Normal adalah Perubahan Budaya, Bukan Pelonggaran PSBB

Selain itu, Boby juga merasa tidak ada instrumen kebijakan lain yang mendampingi rencana new normal ini. Seharusnya walaupun diperbolehkan kerja, pemerintah harus lebih cekatan dalam memantau kesehatan warganya.

"Kalau memang iya (new normal), tolong dong diadakan rapid test massal, pengecekan kesehatan masyarakat, pengecekan kesehatan tenaga medis, menambah tenaga medis atau biar perlu dicari obat antibodi buat warganya. Biar warganya juga kalau mau beraktivitas juga aman," tutup Boby.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Maju Mundurnya Ridwan Kamil Untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil Untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com