Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wasit yang Dikeroyok di Stadion Bekasi Mengaku Sempat Ditawari Uang Damai

Kompas.com - 14/07/2020, 15:20 WIB
Cynthia Lova,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Wahyudin, seorang wasit yang diduga jadi korban pengeroyokan dalam pertandingan sepak bola persahabatan antar kampung (tarkam) di Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi mengaku sempat ditawari sejumlah uang untuk berdamai.

Adapun saat itu Wahyudin menjadi wasit dalam pertandingan sepak bola klub antara Champas FC dengan Yutaka FC.

Wahyudin mengatakan, usai dirinya dikeroyok oleh sejumlah pemain tim Champas, ia sempat diminta untuk berdamai dengan diberikan uang Rp 300.000.

“Jadi masalah damai itu ya, posisi saya udah hancur lah itu, udah lelah semua. Dia seenaknya minta damai kasih Rp 300.000. Itu pelaku dan pengurus tim juga,” kata Wahyudin saat dihubungi, Selasa (14/7/2020).

Baca juga: Video Wasit Dipukul dan Diinjak Saat Pertandingan Tarkam di Stadion Bekasi Viral

Namun, uang tersebut tak diterimanya. Wahyudin mengaku sempat berjabat tangan dengan tim Champas FC saat itu.

“Ya saya tidak terima (uang damai). Emang saya sudah berjabat tangan, istilahnya jabat tangan itu damai tetapi bukan gitu aja. Masalahnya kalau damai secara tertulis harus ada materai, makanya kita tetap berjabat tangan, terkecuali kalau dia ngajak damai ke saya secara tertulis materai saya tidak tanda tangan,” kata dia.

Ia lalu membuat laporan ke Polres Metro Bekasi.

“Saya menyatakan itu saya sudah sepakat untuk ke jalur hukum. Dia juga minta awalnya ngucap damai, awalnya minta Rp 5 juta, saya tidak terima. Terus naik lagi Rp 15 juta, Rp 20 juta, saya mikir di situ, saya tidak bisa seenaknya begitu, tidak ada harganya buat saya,” kata dia.

Baca juga: Wasit yang Dikeroyok Saat Pertandingan Tarkam di Stadion Patriot Melapor ke Polres Bekasi

Ia memilih untuk tetap menyelesaikan kasusnya ke jalur hukum. Sebab, ia tak mau nama baik dirinya bahkan wasit se-Indonesia tercemar lantaran menerima sogokan damai itu.

Apalagi dirinya telah mengantongi lisensi C2.

“Ini menyangkut nama baik pribadi saya, keluarga saya, karena saya umumnya sudah berlisensi. Kalau saya ambil jalur damai, ya otomatis semua jadi jelek, nama saya jelek, keluarga jelek, apalagi umumnya wasit seluruh Indonesia,” tutur dia.

Wahyudin menceritakan, pengeroyokan yang menimpanya berawal saat dirinya menjadi wasit dalam pertandingan tarkam sepak bola klub Yutaka FC dengan klub Champas FC.

Ia mengatakan, saat itu ia menyatakan salah satu pemain dari Champas FC melakukan offside di depan gawang Yutaka FC.

Namun, para pemain dari Champas FC tak menerima keputusan tersebut hingga akhirnya pengeroyokan terjadi.

“Saya diinjak dari belakang, pas terjatuh saya langsung diinjak-injak hingga saya kurang sadar,” ujar Wahyudin.

Wahyudin mengalami luka-luka bahkan sempat tak sadarkan diri. Ia tak mengetahui betul siapa saja pelaku pengeroyokan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com