Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketangguhan Elita Gafar, Ditinggal Suami karena Tak Selevel, Berjuang Sendiri Biayai 6 Adik...

Kompas.com - 07/08/2020, 15:58 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Jessi Carina

Tim Redaksi

Usaha warung nasinya berhenti saat rumahnya digusur oleh pemerintah setempat. Dulu Elita bersama keluarga tinggal di lahan negara.

Lulus SMEA dan saat sudah menikah, Elita membantu orangtuanya membiayai pendidikan dan biaya sehari-hari adiknya.

Pagi ia kerja honorer dan pada siang hari ia kerja sebagai sales asuransi. Selama dua tahun, ia kerja sebagai sales asuransi.

Titik balik

Peristiwa suaminya yang menikah lagi menjadi titik balik bagi Elita untuk menjadi orang yang sukses. Ia ingat alasan mantan suaminya menikah lagi.

"Saya ingin mengalahkan suami saya karena saya dibilang tak selevel. Saya tak ingin dilecehkan oleh laki-laki. Kedua, saya tak mau miskin. Harus jadi sarjana," katanya.

Ia kemudian memutuskan untuk harus menjadi sarjana. Lulus D3 pada tahun 1988, Elita melanjutkan sarjana S1 di bidang ekonomi.

Kuliah S1 Elita tamat pada tahun 1991. Ia masih ingat saat wisudanya ingin membeli mobil dan bisa tercapai waktu itu.

Elita menyandang janda di usia muda. Ia jalani hidupnya seorang diri tanpa rasa malu.

"Karena keterpaksaan itu yang jadi lebih kuat berjuang. Mungkin orang melihat masalah menangis, saya sudah merasa lengkap semua," katanya.

Baca juga: Mengenal Sosok Monica Soraya yang Adopsi 6 Bayi dari Keluarga Tak Mampu

Elita hanya berpikir bisa mendapatkan uang untuk pendidikan dan kehidupannya juga keluarganya. Ia tak pilih-pilih pekerjaan.

Sejak SMEA, ia sudah mencoba menjadi MC untuk acara sekolah maupun karang taruna di tempat tinggalnya.

Kemampuan membawakan acara ia terus tawarkan kepada semua orang yang ia kenal. Saat muda, ia pernah memandu acara ibadah, acara di kantor Gubernur Sumatera Barat, hingga acara kunjungan Presiden Soeharto kala itu ke Sumatera Barat.

Kemudian ini pernah menjadi pegawai honorer di Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat sejak Septemeber 1983.

Ia Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) pada tahun 1986.

Gaji pertama sebagai PNS yaitu Rp 44.400. Sementara, honor MC berkisar Rp17.500-Rp25.000 pada tahun 1984.

Elita bersyukur atas gaji yang diperolehnya. Dari gajinya, ia sisihkan untuk menabung emas, memberikan uang mingguan kepada adiknya, dan mengirimkan ke orangtua.

"Tuhan itu ada bersama dengan orang-orang yang mau bekerja. Walaupun susah payah, apapun makan dengan lauk pauknya. Saya enjoy saja, adik-adik tak banyak menuntut," ujarnya.

Kehidupan Elita dan adik-adiknya terekam dalam sebuah rumah yang didirikan oleh orangtuanya. Orangtuanya memutuskan untuk hidup terpisah dari Elita dan adik-adinya.

"Orangtua datang seminggu sekali. Tanah 200 meter lebih, bangunan cuma dua kamar," katanya.

Baca juga: Cerita Monica Soraya Adopsi Enam Bayi, Ingin Berikan Hidup Layak, Tak Lupakan Ibu Kandung...

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com