Usaha warung nasinya berhenti saat rumahnya digusur oleh pemerintah setempat. Dulu Elita bersama keluarga tinggal di lahan negara.
Lulus SMEA dan saat sudah menikah, Elita membantu orangtuanya membiayai pendidikan dan biaya sehari-hari adiknya.
Pagi ia kerja honorer dan pada siang hari ia kerja sebagai sales asuransi. Selama dua tahun, ia kerja sebagai sales asuransi.
Peristiwa suaminya yang menikah lagi menjadi titik balik bagi Elita untuk menjadi orang yang sukses. Ia ingat alasan mantan suaminya menikah lagi.
"Saya ingin mengalahkan suami saya karena saya dibilang tak selevel. Saya tak ingin dilecehkan oleh laki-laki. Kedua, saya tak mau miskin. Harus jadi sarjana," katanya.
Ia kemudian memutuskan untuk harus menjadi sarjana. Lulus D3 pada tahun 1988, Elita melanjutkan sarjana S1 di bidang ekonomi.
Kuliah S1 Elita tamat pada tahun 1991. Ia masih ingat saat wisudanya ingin membeli mobil dan bisa tercapai waktu itu.
Elita menyandang janda di usia muda. Ia jalani hidupnya seorang diri tanpa rasa malu.
"Karena keterpaksaan itu yang jadi lebih kuat berjuang. Mungkin orang melihat masalah menangis, saya sudah merasa lengkap semua," katanya.
Baca juga: Mengenal Sosok Monica Soraya yang Adopsi 6 Bayi dari Keluarga Tak Mampu
Elita hanya berpikir bisa mendapatkan uang untuk pendidikan dan kehidupannya juga keluarganya. Ia tak pilih-pilih pekerjaan.
Sejak SMEA, ia sudah mencoba menjadi MC untuk acara sekolah maupun karang taruna di tempat tinggalnya.
Kemampuan membawakan acara ia terus tawarkan kepada semua orang yang ia kenal. Saat muda, ia pernah memandu acara ibadah, acara di kantor Gubernur Sumatera Barat, hingga acara kunjungan Presiden Soeharto kala itu ke Sumatera Barat.
Kemudian ini pernah menjadi pegawai honorer di Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat sejak Septemeber 1983.
Ia Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) pada tahun 1986.
Gaji pertama sebagai PNS yaitu Rp 44.400. Sementara, honor MC berkisar Rp17.500-Rp25.000 pada tahun 1984.
Elita bersyukur atas gaji yang diperolehnya. Dari gajinya, ia sisihkan untuk menabung emas, memberikan uang mingguan kepada adiknya, dan mengirimkan ke orangtua.
"Tuhan itu ada bersama dengan orang-orang yang mau bekerja. Walaupun susah payah, apapun makan dengan lauk pauknya. Saya enjoy saja, adik-adik tak banyak menuntut," ujarnya.
Kehidupan Elita dan adik-adiknya terekam dalam sebuah rumah yang didirikan oleh orangtuanya. Orangtuanya memutuskan untuk hidup terpisah dari Elita dan adik-adinya.
"Orangtua datang seminggu sekali. Tanah 200 meter lebih, bangunan cuma dua kamar," katanya.
Baca juga: Cerita Monica Soraya Adopsi Enam Bayi, Ingin Berikan Hidup Layak, Tak Lupakan Ibu Kandung...