Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Jurnalis Foto, Kerja Berdampingan dengan Covid-19...

Kompas.com - 13/08/2020, 12:05 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - "No pict, hoax", istilah ini kerap kali terucap ketika seseorang mendapatkan informasi, terlebih di zaman serba digital seperti sekarang ini.

Foto kerap kali dijadikan sebagai bukti atau validasi dari suatu peristiwa yang informasinya disebar luaskan.

Hal ini lah yang menjadikan peran penting jurnalis foto.

Namun, tahun ini menjadi salah satu tahun terberat bagi profesi jurnalis foto. Mereka harus bekerja menghadapi sesuatu yang tak kasat mata, yaitu Covid-19.

Tatkala orang harus menghindari titik-titik penularan, mereka justru mendekat. Saat warga diminta untuk bekerja di rumah, mereka harus ke lapangan.

Semua itu dilakukan demi karya visual jurnalistik.

Berani karena patuh

Kristianto Purnomo merupakan salah satu pewarta foto yang harus bekerja berdampingan bersama virus corona ini. Ia merupakan fotografer dari Kompas.com.

Baca juga: Curhat Wartawan Ibu Kota Meliput di Tengah Tingginya Kasus Covid-19

Sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan di Indonesia, ia langsung berjibaku meliput terkait virus Corona ini.

Bertemu dengan pasien positif, datangi zona merah, keluar masuk rumah sakit covid-19 merupakan keseharian pria yang biasa disapa Kape ini.

Meski setiap harinya melalui kondisi rawan, Kape mengaku tidak takut terinfeksi virus Corona.

"Kalau aku pribadi enggak takut terinfeksi," kata Kape.

Ia tidak takut bekerja di lapangan karena disiplin melaksanakan protokol kesehatan. Mulai dari penggunaan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

"Misalnya pakai masker, kalau mulai masuk rumah sakit enggak bisa pakai masker biasa, harus N95," ucap Kape.

Bahkan, ia tak segan-segan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap yang sangat panas demi mendapatkan materi foto.

Apabila sedang di lokasi liputan yang berada di daerah infeksius, Kape harus menahan dirinya untuk tidak memegang satu pun benda di lokasi tersebut.

Baca juga: Kisah Wartawan Positif Covid-19, Takut OTG sampai Akhirnya Terinfeksi

Ia juga tak boleh sembarang meletakkan perlengkapan liputan seperti kamera di sembarang tempat saat berada di lokasi yang rawan penularan.

Hand sanitizer juga selalu disiapkan di tas. Cairan tersebut berperan sangat vital untuk membersihkan bakteri setelah menyentuh sesuatu.

Hal serupa juga dilakukan oleh jurnalis foto Kompas.id Rony Ariyanto Nugroho. Menjalankan protokol kesehatan wajib di masa pandemi ini.

Bahkan, ketika fase-fase awal Covid-19 di Indonesia, ia telah menerapkan protokol kesehatan tersebut.

"Konsekuensi pekerjaan saya sadar, saya harus ke lapangan, tapi itu bagaimana caranya supaya saya aman. Nah di awal saya cari informasi selengkapnya tentang Covid-19 dan bagaimana menghindarinya," kata Rony.

Di lapangan, ia sebisa mungkin memosisikan diri di tempat yang aman dan menghindari kontak dengan orang ataupun benda yang berisiko.

Baca juga: Sejumlah Wartawan Positif Covid-19, Ini Imbauan AJI

Berbagai ritual setelah liputan selalu ia lakukan, mulai dari mandi sepulang liputan, hingga rutin membersihkan perlengkapan.

"Saya biasa semprot disinfektan dan air cuka, karena kan air cuka juga bagus untung menghilangkan kuman," ujar Rony.

Ia juga rajin mengonsumsi multivitamin dan makanan bergizi untuk meningkatkan antibodi di dalam tubuh.

Rela rapid test berkali-kali

Meski secara pribadi tidak takut terinfeksi, namun Kape tetap khawatir terhadap kesehatan keluarganya.

Ia khawatir menjadi pembawa virus yang bisa menularkan ke anak istrinya di rumah.

"Kemaren aku berinteraksi dengan pasien positif, itu bukan aku yang ku khawatirkan tapi keluarga sama anak-anak ku. Karena secara mental mungkin aku siap, cuma enggak bisa tahu mental anak dan istriku. Cuma itu yang aku khawatirkan," tutur Kape.

Oleh karena itu, Kape mengaku tak segan untuk mandi berulang kali sebelum bertemu dengan istri dan si buah hati demi menjaga mereka terbebas dari covid-19.

Hal lain yang ia lakukan adalah berulang kali ikut rapid test dan swab test.

"Minggu ini aja aku rapid sekali, swab sekali, tadi pagi cerology. Padahal aku baru rapid dan swab minggu kemarin, tapi karena ada cerologi gratis aku ambil," kata Kape.

Menurut dia, dengan mengikuti test tersebut secara rutin, ia bisa mengetahui bagaimana kondisi kesehatannya.

Untungnya, belakangan banyak pihak menawarkan rapid test dan swab test gratis, terutama bagi kalangan jurnalis.

Atur strategi agar tak tertular

Belakangan, muncil klaster-klaster penyebaran covid-19 yang menginfeksi jurnalis dari berbagai media.

Hal ini tentu mengkhawatirkan lantaran pekerjaan media yang selalu bersinggungan satu sama lain.

Namun, Kape memiliki beberapa strategi untuk menghindari dirinya terpapar covid-19.

Strategi pertama dengan melakukan tracing terhadap riwayat kontak dari jurnalis yang terinfeksi.

"Si A B C kenaknya di mana, oh kira-kira di sini, ketemunya sama siapa aja, oh mereka ketemu udah swab semua. Kalau ada kontak tapi belum swab nah kita hindari karena ada juga yang merasa sehat, enggak apa-apa. Tapi mau gak mau, suka enggak suka kita harus enggak ketemu dulu sama orangnya yang kita enggak tahu pemeriksaannya," jelas dia.

Selain itu, ia juga sering kali memilih liputan di lokasi yang tak banyak wartawan lainnya. Kalau pun banyak wartawan, ia menghindari kerumunan.

"Karena virus ini berbeda dengan waktu kita liputan kerusuhan, ada batu terlihat bisa kita hindari, kalau virus ini tidak terlihat," kata Kape

Serang psikologis jurnalis foto

Sebagai seorang jurnalis, tak ada pilihan untuk selalu mencari informasi terbaru tentang Covid-19.

Namun, semakin banyak informasi yang didapat kerap kali justru menyerang psikologis seorang jurnalis.

Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Rony. Namun, tuntutan pekerjaan menbuat dia harus mengatasi masalah ini.

"Salah satu caranya melihat indikator tentang gejala. Selama enggak ngerasa ada gejala, ya itu cukup menenangkan," ujar Rony.

Selain itu, rutin melaksanakan pengetesan secara laboratorium termasuk upaya untuk memperbaiki kondosi mental selama pandemi.

Komunikasi yang baik dengan kantor pun sangat bermanfaat. Dengan mengetahui bahwa kantor peduli terhadap karyawannya tentu dapat menciptakan perasaan positif.

"Kantor juga selalu menyampaikan yang paling utama itu kesehatan dan keselamatan. Jadi ada saling pengertian di sana," ujar Rony.

Harapan dari jurnalis

"Tugas jurnalis itu berat, apa lagi yang harus tetap ke lapangan, ada jurnalis yang enggak bisa kerja dari rumah," kata Kape.

Ia berharap, perusahaan media bisa memberi proteksi lebih kepada garda terdepannya dalam mendapatkan berita.

Hal sederhana yang ia harapkan adalah perusahaan media memfasilitasi jurnalisnya untuk rapid test dan swab test setiap dua minggu sekali.

Kape merasa hal ini sangat penting untuk memastikan kondisi kesehatan sehingga tidak menularkan ke orang lain.

"Sementara harapan buat negara cari cara untuk orang patuh terhadap protokol kesehatan, bagaimana konsistensi pemerintah menegakkan aturan misalnya tidak menerapkan protokol kesehatan lu didenda," ucap Kape.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com