Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kala Klinik Khitan Terdampak Pandemi, Dulu Punya Ratusan Tamu, Kini Tak Ada yang Datang

Kompas.com - 28/08/2020, 10:29 WIB
Walda Marison,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Klinik khitan Bogem Ciracas di Jakarta Timur tampak sepi. Area parkir dan ruang tunggu pun lengang, tak ada orang.

Yang tersedia di sana hanyalah sekat pembatas antrean dan tempat cuci tangan. Tak ketinggalan seorang yang sedang duduk di kursi penerima tamu seraya menunggu pasien yang datang.

"Silakan, Mas," sambut seorang petugas yang berlari menghampiri Kompas.com saat datang ke lokasi, Kamis (27/8/2020).

Petugas klinik tampak antusias menyambut karena dianggap sebagai pasien yang mau mendaftar.

Baca juga: Tambah 820 Kasus Covid-19 di Jakarta, Wagub DKI: Angka Tinggi karena Banyak Testing

Rupanya kondisi ini bukan hanya terjadi pada hari itu. Kondisi ini sudah terjadi sejak awal Maret 2020 setelah pandemi Covid-19 merebak. Telah berbulan-bulan lamanya, klinik khitan ini hanya menerima tiga sampai empat pasien per bulan.

“Walah turun (jumlah pasien), Mas. Bisa dibilang terjun payung. Bahkan kadang tidak ada pelanggan,” kata pemilik klinik, Basuki Harjono Noto Pandoyo (57), saat ditemui Kompas.com pada Kamis.

Basuki dibikin pusing tujuh keliling. Dia tak habis pikir, selama membuka usaha sejak 1989, baru kali ini kliniknya begitu terpuruk karena pandemi.

Basuki pun teringat zaman keemasan usahanya kala Covid-19 belum ada.

Kala itu, kliniknya bisa menerima 100 sampai 200 pasien sunat, terlebih pada masa libur panjang. Alhasil, penghasilannya pun lumayan besar, walaupun Basuki tak mau menyebut detail berapa omzetnya kala itu.

Baca juga: Anies Memperpanjang PSBB Transisi hingga 10 September 2020

Basuki memang tak mau mematok harga. Dia menetapkan harga sesuai dengan kemampuan pasien tersebut.

“Ya ada-lah, Mas, yang penting cukup. Wah, tapi kalau sekarang pendapatan enggak ada dari 10 persen pendapatan yang lalu,” kata dia.

Sudah terapkan protokol kesehatan

Menurut dia, banyak anggota masyarakat yang khawatir melakukan sunat di saat seperti ini. Sebab, biasanya hampir semua orangtua yang anaknya disunat pasti akan mengundang sanak saudara untuk hadir.

Situasi pandemi ini membuat perayaan semacam itu tidak bisa terjadi karena tergolong melanggar protokol kesehatan. Alasan itulah yang jadi penguat warga tak mau melakukan khitanan saat ini.

Selain itu, praktik khitanan pasti berhubungan erat dengan saling bersentuhan. Maka dari itu, warga pun menunda untuk melakukan khitanan demi terhindar dari Covid-19.

Baca juga: Berganti Kebijakan dari CFD hingga Jalur Sepeda dalam Tol, Anies Kerap Coba-coba?

"Karena sunat itu kan bukan sebuah kebutuhan mendesak. Maksudnya bisa diundur tahun depan atau kapan. Jadi tidak harus saat ini, makanya pada enggak mau,” kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com