Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kematian Pasien Covid-19 di Depok Semakin Tinggi, Nyaris 3 Kali Lipat dalam 2 Bulan

Kompas.com - 21/09/2020, 06:52 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 di Depok, Jawa Barat, jauh dari reda. Sekitar 1-2 bulan belakangan, Depok justru mengalami pertumbuhan kasus Covid-19 yang sangat tinggi, seperti halnya DKI Jakarta.

Kini, Depok sudah melaporkan 3.287 kasus positif Covid-19. Jumlah ini terbanyak se-Jawa Barat, sekaligus tertinggi di region Bodetabek.

Dalam suatu kesempatan pada Senin pekan lalu, Wali Kota Depok Mohammad Idris bahkan sampai menyinggung wilayahnya "sangat mungkin menjadi zona hitam" jika keadaan ini dibiarkan.

Yang mengkhawatirkan dari Depok bukan hanya laju tambahan kasus positif Covid-19 yang terus melonjak, tetapi juga laju kematian yang semakin cepat.

Baca juga: [Update Covid-19 di Depok 20 September]: Jumlah Pasien Capai 906 Orang

Meskipun secara proporsional tingkat kematian akibat Covid-19 di Depok tak begitu tinggi yakni 3,4 persen (DKI Jakarta 2,5 persen; Indonesia 3,9 persen), tetapi jumlah pasien yang meninggal mengalami lonjakan pesat 1-2 bulan terakhir.

Perhatikan tren berikut:

20 Juni: 34 korban
20 Juli: 39 korban (+5 atau 1,4 persen)
20 Agustus: 60 korban (+21 atau 54 persen)
20 September: 112 korban (+52 atau 87 persen)

Itu artinya, jumlah kematian pasien Covid-19 di Depok naik nyaris 3 kali lipat dalam kurun 2 bulan, yakni dari 39 korban menjadi 112 korban.

(Geser ke kiri untuk melihat grafik kematian pasien positif Covid-19 di Depok sejak pelonggaran PSBB)


Jumlah kematian ini hanya menghitung kematian pasien yang telah terkonfirmasi positif Covid-19 saja, walaupun definisi kematian akibat Covid-19 menurut WHO juga menghitung kasus-kasus kematian suspect/PDP (pasein dalam pengawasan).

Pemerintah Kota Depok berhenti mengumumkan kematian PDP Covid-19 sejak 19 Juli 2020, dengan jumlah kematian rata-rata 3 kali lipat di atas kematian pasien positif.

Semakin banyak pasien Covid-19 bergejala berat

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita mengemukakan salah satu fenomena yang mungkin ambil peran dalam melonjaknya kematian pasien Covid-19 di Depok.

"(Kasus Covid-19) yang ditemukan semakin banyak dan kasusnya banyak yang bergejala berat. Banyak kasus-kasus berat. Kalau dulu kan banyaknya kasus tanpa gejala," kata Novarita kepada Kompas.com, Jumat (18/9/2020) lalu.

"Kemarin itu banyak di usia produktif, sekarang agak bergeser. Dari data-data yang ada, kematian ini banyak di usia lanjut, di atas 50 tahun dengan penyakit komorbid (penyakit penyerta)," tambahnya.

Baca juga: Kisah Pasien Covid-19 di Depok Sulit Cari Rumah Sakit dan Terbelit Administrasi karena Swab Mandiri

Pergeseran tren itu juga sempat disinggung oleh Direktur RSUD Kota Depok, Devi Maryori. Rumah sakit yang ia kelola itu merupakan 1 dari 19 rumah sakit rujukan di Depok yang belakangan kian terisi penuh oleh pasien-pasien Covid-19.

"Kondisi di lapangan terjadi beberapa peningkatan atau ekskalasi yang mereka susah mencari rujukan ICU atau high care," kata Direktur RSUD Kota Depok, Devi Maryori pada 11 September.

"Memang kecenderungannya di akhir-akhir ini, kira-kira sebulan atau 3 minggu terakhir ini, jumlah pasien yang butuh pengawasan itu lebih banyak daripada yang sudah-sudah," kata dia.

Dari segi statistik, Depok mengalami lonjakan pesat kasus suspect/pasien dalam pengawasan (PDP) sebulan terakhir.

Bulan lalu, jumlah PDP yang sedang diawasi di Depok 24 pasien. Kemarin, jumlahnya melesat 754 persen, menjadi 205 pasien.

Novarita tak mau gegabah mencari kesimpulan soal alasan di balik pergeseran tren pasien Covid-19 belakangan ini.

Sejauh dugaannya, pergeseran tren ini besar peluang disebabkan oleh semakin merebaknya kluster keluarga di Depok.

Fenomena ini jamak terjadi tidak cuma di Depok, melainkan juga di kota-kota di Jabodetabek, seiring bebasnya aktivitas warga di luar rumah yang membuat mereka malah membawa pulang virus ke rumah.

"Bisa begitu dugaannya. Jadi orang-orang usia produktif ini pulang ke rumah, lalu menularkan ke (keluarga di) rumahnya yang ada orang lanjut usia," kata Novarita.

Rumah sakit nyaris tak mampu terima pasien

Semakin banyaknya pasien Covid-19 bergejala berat di Depok seyogianya diimbangi dengan ketersediaan ruang perawatan di rumah sakit agar mereka dapat segera ditangani.

Namun, di Depok situasi di lapangan jauh dari ideal. Pasalnya, ruang perawatan pasien Covid-19 di Depok semakin langka sekarang. Ini tentu menjadi momok saat pasien bergejala berat semakin banyak ditemukan.

Berdasarkan data yang diumumkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, Kamis lalu, keterisian 19 rumah sakit rujukan Covid-19 di Depok sudah hampir menyentuh 80 persen.

Kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 bergejala ringan sudah terisi 153 dari 229 tempat tidur (66,81 persen).

Kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 bergejala ringan sudah terisi 147 dari 185 tempat tidur (79,46 persen).

Kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 bergejala berat sudah terisi 24 dari 32 tempat tidur (75 persen).

Ilustrasi Covid-19Shutterstock/Petovarga Ilustrasi Covid-19

Lalu, keadaan darurat dijumpai pada okupansi ICU khusus Covid-19 yang telah terisi 24 dari kapasitas 25 tempat tidur (96 persen).

Depok perlu sesegera mungkin menambah kapasitas tempat tidur pasien Covid-19, namun hal itu sia-sia belaka tanpa penambahan tenaga medis.

Untuk menyiasatinya, Pemerintah Kota Depok klaim sedang menjajaki komunikasi dengan organisasi profesi dokter (IDI) dan perawat (PPNI).

Akan tetapi, tambahan tenaga medis tak bakal terwujud dalam 1-2 hari, sebab butuh pendataan dan pemetaan yang jeli soal kompetensi mereka.

Selagi kapasitas rumah sakit belum ditambah, Depok terpaksa merujuk pasien-pasien Covid-19 yang tak dapat ditampung di dalam kota ke kota lain, seperti Bogor, Bekasi, atau Jakarta.

Novarita mengamini bahwa lonjakan kematian pasien Covid-19 di Depok mungkin berkaitan dengan situasi rumah sakit yang mulai kewalahan menerima pasien Covid-19.

Namun, ia enggan menyebutnya sebagai penyebab tunggal. Ia tak bisa memastikan bahwa lonjakan kematian pasien Covid-19 di Depok disebabkan hanya karena antrean pasien menuju ruang perawatan.

"Saya perlu data yang lebih akurat. Takutnya saya analisisnya enggak tepat," ujar Novarita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com