JAKARTA, KOMPAS.com - Kali Cipinang terlihat berwarna hitam pekat. Beberapa sampah menumpuk di pinggir.
Namun, aktivitas warga di bantaran kali tetap berjalan normal.
Pada sore hari, anak-anak kecil bermain di Ruang Terbuka Hijau (RTH) di sebelah sungai. Beberapa dari mereka tertawa melihat salah satu temannya terjatuh setelah berlari.
Para remaja terlihat dengan asyiknya bermain bulu tangkis di jalan.
Di kali yang kotor itu, ada juga warga yang sedang memancing sembari menghisap rokoknya.
"Ikannya ya paling sapu-sapu atau enggak lele yang bisa hidup di kali kotor seperti ini," kata Kasir (36), salah satu warga setempat.
Baca juga: Lurah: Warga yang Tak Punya Septic Tank Buang Kotoran ke Kali Cipinang
Beberapa ikan muncul ke permukaan sambil mengeluarkan bunyi 'bluk'.
Meskipun kotor dan berwarna hitam pekat, Kali Cipinang yang berada di Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur itu tidak mengeluarkan bau menyengat.
Masalahnya, di kali itu, digunakan sebagai tempat pembuangan kotoran manusia.
Lurah Rambutan Dalijo mengungkap, warga yang belum memiliki septic tank seringkali membuang kotoran ke aliran Kali Cipinang.
Saat ini, masih ada 116 keluarga di Kelurahan Rambutan yang belum memiliki septic tank.
Salah satu warga Rambutan, Juli (41) mengaku tidak terlalu mempermasalahkan soal hubungan tidak adanya septic tank dan kebiasaan warga membuang kotoran ke sungai.
Saat ini, ia belum memiliki septic tank di rumahnya.
"Ya mau gimana lagi, kondisinya dempet-dempetan. Septic tank mau dibangun di mana?" kata dia.
Ia akan bersyukur jika pemerintah mau membangun septic tank di rumahnya.
"Tetapi kalau tidak ya tidak apa-apa," ucapnya.
Baca juga: 116 Keluarga di Rambutan Belum Punya Septic Tank
Hal yang sama juga dikatakan Kawiyan (67).
"Saya sih masa bodoh. Membuang kotoran ke sungai sudah jadi kebiasaan," tutur pria yang sehari-hari menjual tempe itu.
Berbeda dengan Juli, Kawiyan memiliki septic tank di kediamannya.
"Septic tank hanya ada satu untuk lima rumah. Salah satu rumah itu yang saya tempati. Saya ngontrak di sini," ujar Kawiyan.
Kali Cipinang akrab dengan kata 'banjir'. Hal itu juga dirasakan oleh Kawiyan.
Seringkali, setelah hujan deras, luapan sungai merendam rumahnya.
"Kali terakhir, banjir tinggi itu pas tahun baru (2020)," ungkap dia.
Baca juga: Disdik DKI Godok Sanksi untuk Oknum Guru SMAN 58 Jaktim yang Bertindak Rasial
Meski Kali Cipinang kotor dan sering meluap, Kawiyan tetap 'nyaman' tinggal di bantaran kali itu.
Buktinya, ia sudah 34 tahun tinggal di bantaran Kali Cipinang.
"Saya sudah tua, tidak mau neko-neko. Kalau banjir ya ditunggu sampai surut airnya, yang penting setelah itu aktivitas berjualan tempe tetap lancar," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.