DEPOK, KOMPAS.com - Direktur RSUD Kota Depok Devi Maryori mengakui masih terjadi penumpukan pasien di instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit.
Penumpukan itu terjadi lantaran mayoritas pasien yang datang ke IGD berstatus suspek alias belum terkonfirmasi positif Covid-19.
"Penumpukan di IGD itu terjadi juga karena (pasien) datang belum ada hasil swab (PCR). Dia datang ya kita swab dulu kan. Gejalanya Covid-19 saat dia datang, seperti demam, batuk, hilang indra penciuman," jelas Devi kepada Kompas.com, Rabu (27/1/2021).
"Tapi, karena dia datang tidak membawa hasil swab (PCR), jadi ya kita tumpuklah di IGD, karena kita mau masukkan ke ruang mana kita juga bingung," ia menambahkan.
Baca juga: PPKM Belum Berhasil, Setiap Hari RS UI Dapat 30 Rujukan Pasien Covid-19
Dalam beberapa kasus, pasien-pasien yang datang membawa surat keterangan hasil tes antigen.
Namun, karena tes antigen bukan metode penegakan diagnosis, rumah sakit tetap harus tetap melakukan tes PCR kepada pasien yang bersangkutan sebagai validasi.
Jika hasil swab PCR pasien yang bersangkutan sudah terbit, rumah sakit baru bisa memutuskan ruangan mana yang akan ditempati pasien.
"Kalau enggak kan campur-campur, ternyata dia Covid-19," kata Devi.
Ia menjelaskan, hal itu berbahaya karena dapat membuat tenaga kesehatan tumbang karena tertular Covid-19.
Jika ada perawat yang tumbang maka kapasitas ruang isolasi pasien Covid-19 terpaksa dikurangi karena satu perawat menangani tujuh pasien sekaligus.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan