Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Keberatan Eiger ke YouTuber, APPRI: Brand Milik Publik, Karyawan Wajib Paham Nilai Perusahaan

Kompas.com - 29/01/2021, 19:48 WIB
Theresia Ruth Simanjuntak

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Departemen Pendidikan Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI), Arya Gumilar berpendapat, nilai, visi dan misi Eiger sebagai brand ternama tidak sampai ke seluruh karyawan di perusahaan tersebut.

Arya mengeluarkan pendapat tersebut menyusul viralnya sebuah unggahan di media sosial (medsos) yang menampilkan 'Surat Keberatan' dari PT Eigerindo Multi Produk Industri pada Kamis (28/1/2021).

Surat tersebut Eiger tujukan buat seorang YouTuber bernama Dian Widiyanarko atau @duniadian. Produsen alat-alat outdoor activities itu merasa keberatan dengan konten review produk di akun Dian.

Baca juga: Menilik Keberatan Eiger ke YouTuber dari Kacamata Hukum

Padahal, Dian membeli sendiri produk tersebut untuk ia jadikan konten review, bukan endorse dari Eiger.

"Dari segi public relations (PR), saya melihat (kasus) ini bukan hanya masalah perorangan atau divisi yang bersangkutan. Di era interaksi seperti sekarang, semua karyawan adalah duta perusahaan," kata Arya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/1/2021).

"Jika ada isu terkait perusahaan, setiap karyawan yang tergabung di grup Whatsapp sekolahan (misalnya), juga pasti ditanya sama teman-temannya karena mereka tahu karyawan ini kerja di mana. Maka, brand purpose perusahaan seharusnya dipahami semua karyawan," jelasnya.

Arya yang juga General Manager di SAC Indonesia (360 Communications) dan BAYK Strategic Sustainability itu pun mempertanyakan bagaimana Eiger memosisikan diri di publik sehingga menyebabkan terjadinya kasus yang merugikan nilai brand mereka.

"Eiger memosisikan diri di publik sebagai apa? Kalau positioning-nya adalah 'produsen outdoor goods untuk semua kebutuhan dan untuk semua konsumen dari pemula sampai praktisi professional outdoor activities', maka harus mengerti kalo brand-nya itu milik semua orang. Enggak boleh marah kalau ada yang bikin konten dengan kualitas tidak sesuai keinginan. (Contoh) Presiden milik semua kalangan, masak marah kalo ada foto beredar dia lagi salaman sama masyarakat miskin?" papar Arya.

"Tapi, kalau positioning-nya: 'Eiger itu brand keren yang enggak semua orang bisa pakai. Produk ini harus terlihat bagus karena kita bikin supaya orang terlihat cakep', maka Eiger enggak perlu minta maaf. Tinggal bilang: 'Sorry, guys. Kita udah bikin keren-keren, masak di-review dengan kualitas video enggak keren. Konsumen kita yang udah keren-keren nanti keberatan'," ucapnya.

Menurut Arya, keputusan Eiger yang kemudian meminta maaf berupa surat dengan membubuhkan tanda tangan Ronny Lukito selaku Chief Executive Officer dan diunggah ke medsos, berarti mereka merasa menjadi milik publik.

"Kalau mereka memosisikan diri yang pertama, sehingga CEO-nya minta maaf, berarti brand purpose, core value, visi misi perusahaan enggak sampai ke setiap divisi. Yang bikin miris, kasus ini diawali oleh divisi Human Capital yang justru (biasanya) bertugas untuk membuat setiap karyawan paham tentang Eiger," kata Arya.

Baca juga: YouTuber Dian Widiyanarko Tanggapi Permintaan Maaf Eiger

Persepsi publik sudah terbentuk

Arya menambahkan, penting bagi perusahaan untuk hadir di publik sebagai personal dan manusiawi di media sosial.

"Di era medsos, semua orang adalah pemimpin redaksi. Isu besar bukan hanya bisa dibikin oleh media massa. Medsos bukan media konvensional seperti televisi yang satu arah dan audiens pasif. Medsos adalah ruang dialog. Maka, perusahaan sebesar apapun harus hadir sebagai personal dan manusiawi," ujar Arya.

Karena itu, Arya menyambut positif sikap Eiger yang meminta maaf di publik via media sosial ketimbang melaporkan Dian selaku yang menyebarkan surat itu ke medsos dan menempuh jalur hukum.

"Kebiasaan korporasi menghadapi isu begini adalah menempuh jalur hukum. Hati-hati. Di mata publik, korporasi adalah Goliath dan konsumen adalah David. Publik tidak peduli siapa yang salah secara hukum, yang akan mereka bela adalah yang lemah. Minta maaf selalu jadi gesture awal yang baik, kok, jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com