Lie mengatakan, saat itu pihak Covid Center tidak memiliki anggaran yang cukup untuk memborong peti mari dari pabrik milik Lie.
"Tapi enggak apa-apa. Saya terima. Karena saya suka mengatakan, don't ask what your country give for you. But, ask yourself what you can do for your country," ungkap Lie.
Setelah itu, Lie mulai membeli mesin sendiri untuk peti mati yang ia produksi. Karena, ia juga harus tetap memproduksi furnitur di pabriknya.
Selain itu, ia juga merekrut puluhan pegawai baru.
Baca juga: Korban Kecelakaan Meninggal Usai Ditolak Tiga RS Swasta di Tangerang
Hari pertama produksi peti, Lie mengaku bahwa pabriknya hanya memproduksi 10 peti dengan ukuran 186 x 80 sentimeter.
Seiring berjalannya waktu, ia memproduksi peti hingga mencapai 100-150 buah setiap hari.
"Ini peti mati didistribusikan ke Dinas Kesehatan. Kalau yang ke pemerintah, itu warga petinya putih. Lalu kami juga distribusikan ke kota Bogor, Bandung, Timika, Ambon, dan lainnya. Ke berbagai rumah sakit juga," ucapnya.
Terkait harga, Lie berujar bahwa tiap peti yang ia distribusikan ke Covid Center dipatok harga Rp 850.000.
Baca juga: Pemkot Bogor Terapkan Sistem Ganjil Genap Mobil dan Motor Akhir Pekan Mulai Sabtu Ini
"Baru dari sana ke masyarakatnya gratis ya. Selain itu juga kami ada yang lebih mahal. Tergantung requirement-nya juga. Ya tergantung request juga," papar Lie.
Kendati demikian, Lie juga kerap kali memberikan peti itu secara gratis ke beberapa instansi atau perorangan yang memang tidak memiliki anggaran.
Seperti, salah satu gereja di Bekasi yang hendak memakamkan seorang pemulung.
"Hari ini kami kirim ke sana satu peti gratis," kata Lie.
Dalam kesempatan ini, Lie mengaku bahwa awal mula pembuatan peti itu sama sekali tidak direncanakan. Akan tetapi, murni karena Lie yang sempat kehilangan dua kerabatnya.
"Diminta tolong juga oleh Covid Center. Kalau pun pandemi ini selesai, kami akan tetap melayani berbagai rumah duka dan RS. Tetap membantu kebutuhan orang," tandas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.