Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imlek di Tengah Pandemi Covid-19, Epidemiolog Sarankan Tak Ada Tradisi Kumpul Keluarga

Kompas.com - 10/02/2021, 13:29 WIB
Singgih Wiryono,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono menyarankan agar perayaan Imlek tahun ini digelar dengan cara berbeda.

Pasalnya, saat ini Indonesia masih dilanda pandemi Covid-19, ditambah dengan krisis fasilitas kesehatan di berbagai daerah.

"Boleh merayakan, tapi dengan cara yang berbeda, karena sekarang lagi pandemi, lagi puncak-puncaknya, dan rumah sakit lagi penuh," tutur Pandu saat dihubungi melalui telepon, Rabu (10/2/2021).

Pandu menjelaskan, perayaan Imlek tahun-tahun sebelumnya identik dengan kumpul keluarga, sama seperti lebaran Idul Fitri.

Baca juga: Sempat Dilarang pada Masa Orde Baru, Beginilah Perayaan Imlek dari Masa ke Masa

Namun, di tahun ini, kata Pandu, sebaiknya tradisi kumpul keluarga tidak dilakukan karena berisiko ganda, selain tertular, juga akan sulit mendapat pengobatan karena krisis fasilitas kesehatan.

Apabila memang sangat menginginkan adanya acara kumpul keluarga, Pandu menyarankan, sebaiknya acara dilaksanakan di ruangan terbuka untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19.

"Acara keluarga (saat perayaan Imlek) sebaiknya jangan di ruangan tertutup kalau mau ada acara keluarga. Kalau bisa sih enggak usah ada (acara keluarga)," tutur Pandu.

Masalahnya, saat ini banyak warga yang memandang acara kumpul keluarga tidak akan menimbulkan penularan Covid-19.

Baca juga: Perayaan Imlek di Kelenteng Tertua Tangerang, Imbauan Ibadah di Rumah hingga Tanpa Barongsai

Padahal, kata Pandu, klaster keluarga saat ini menyumbang paling banyak kasus Covid-19 di Indonesia.

"Jadi walaupun sekarang ada peringatan apa-apa, tapi mereka sangka kalau keluarga ketemu sesama keluarga, maka aman," kata dia.

Adapun terhitung 3-31 Januari 2021, klaster keluarga menyumbang 52 persen kasus Covid-19 di DKI Jakarta.

Sementara itu, per 9 Februari 2021, angka kumulatif kasus Covid-19 di Jakarta mencapai 300.406 kasus.

Dari jumlah tersebut, terdapat 271.573 pasien dinyatakan sembuh, 24.152 pasien dalam perawatan, dan 4.681 korban meninggal dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com