Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Istiqlal, Harapan Umat Islam yang Terwujud Setelah Kemerdekaan

Kompas.com - 22/02/2021, 07:25 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Bersama 300 tokoh Islam lainnya di Gedung Pertemuan Umum Deca Park, ide pembangunan masjid Istiqlal tersebut menemui titik terang.

Pertemuan yang dipimpin Taufiqurahman tersebut kemudian memilih nama Masjid Agung dengan nama Masjid Istiqlal yang berarti Masjid Kemerdekaan.

Pertemuan tersebut sekaligus membentuk sebuah yayasan yang diberi nama Yayasan Masjid Istiqlal untuk mewujudkan Masjid Agung Istiqlal menjadi nyata.

"Maka ide tersebut direstui dan dibantu sepenuhnya oleh Bung Karno, Presiden RI yang pertama. Maka Yayasan Masjid Istiqlal disahkan berdirinya di depan notaris Elisa Pondaag pada tanggal 7 Desember 1954," tulis Solichin.

Tema ketuhanan di balik terpilihnya Friedrich Silaban sebagai arsitek Masjid Istiqlal

Setelah Yayasan Masjid Istiqlal resmi mendapat akta notaris dan diberikan lampu hijau oleh Soekarno, dibentuk pengurus harian yang mulai bergerak untuk merancang pembangunan Masjid Istiqlal.

Adapun Anwar Tjokroaminoto ditunjuk sebagai Ketua Umum, Sjarifuddin Prawiranegara sebagai Ketua I, HAMKA sebagai ketua II, Sekretaris Umum Moh Hasmoeni, Sekretaris I Moh Choerasanie, Sekretaris II Ghozali Ismail, Bendahara I: Abd Manaf, Bendahara II Ali Sasmitaatmadja.

Dua bulan berjalan setelah pengurus Yayasan Masjid Istiqlal terbentuk tepatnya pada 22 Februari 1955, pengurus yayasan menggelar sayembara rancangan bangunan Masjid Istiqlal ke seluruh surat kabar yang ada saat itu.

Dewan juri dari sayembara itu langsung diketuai oleh Soekarno, bersama Djuanda, Soosseno, Soewandhi, Hamka, Soeratmoko,Ukar Bratakusumah, Abu Bakar, dan Oemar Amin Hoesin.

Setelah penutupan sayembara pada 30 Mei 1955, terdapat 27 gambar rancangan pembangunan masjid Istiqlal yang diterima panitia sayembara, 5 di antaranya dinilai tidak memenuhi syarat.

Setelah mengadakan rapat beberapa kali di Istana Bogor, 5 Juli 1955 ditetapkan tiga orang pemenang dalam sayembara tersebut.

Pemenang ketiga adalah Groenewegen cs dengan tema gambar yang diangkat menggunakan kata "Salam".

Pemenang kedua adalah R Utoyo, gambar dengan tema "Istigfar" tersebut berada di bawah posisi pertama milik Fredrich Silaban.

Sedangkan Fredrich Silaban sendiri menjadi juara utama dalam sayembara dan terpilih menjadi arsitek yang menukangi pembangunan masjid terbesar di Indonesia dengan tema "Ketuhanan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Anggap Pendaftaran Cagub Independen DKI Formalitas, Dharma Pongrekun: Mustahil Kumpulkan 618.000 Pendukung

Megapolitan
Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror 'Debt Collector'

Resahnya Arya Naik JakLingko, Dapat Sopir Ugal-ugalan yang Tengah Diteror "Debt Collector"

Megapolitan
3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

3 Jenazah Korban Kebakaran Kapal di Muara Baru Diketahui Identitasnya

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas 'One Stop Service' untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tambah Fasilitas "One Stop Service" untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Polisi Sebut STIP Terbuka dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Maling Motor di Tebet Sempat Masuk ICU gara-gara Dikeroyok Warga

Megapolitan
“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar'

“Kalau Bung Anies Berniat Maju Pilkada DKI Lewat PDI-P, Silakan Daftar"

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Jelang Pilkada 2024, Satpol PP DKI Minta Parpol Izin Saat Pasang Alat Peraga Kampanye

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com