Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggal di Pinggir Rel Kereta, Waluyo Dapat Tawaran Pulang Kampung dan Modal Beternak

Kompas.com - 15/03/2021, 22:33 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

“Dulu pernah mau gadaikan surat tanah tapi enggal boleh,” tambah Waluyo.

Ia kini makin teringat orangtuanya yang sudah tua. Ayah Waluyo berumur 70 tahun, sedangkan ibunya berumur 65 tahun.

“Saya di kampung ya pingin ngurusin orangtua. Kalau ada modal mending pulang kampung, enak di kampung,” kata Waluyo.

Semenjak anak pertamanya lahir, Waluyo sudah sulit untuk mengirimkan uang. Mau tak mau, Waluyo harus mengutamakan tanggungjawab menafkahi anak-anaknya.

Baca juga: Kisah Pak Kentir, Setiap Hari Berenang di Sungai Ciliwung Cari Sampah dan Rongsokan

Ada juga pihak yang menawarkan bantuan seperti gerobak dan alat-alat usaha berjualan nasi goreng.

“Tadi dari Kecamatan Tebet tawarin kasih gerobak nasi goreng dan alat usaha nasi goreng,” tambah Waluyo.

Untuk berjualan nasi goreng, ia pun lebih memilih berjualan di tempat. Waluyo sudah tak sanggup untuk berkeliling.

“Kalau jualan keliling, kaki saya sudah enggak sanggup. Kalau jalan jauh kaki saya sakit, kaya sakit. Dulu saya pernah jatuh dari tangga dari tinggi empat meter,” kata Waluyo.

Kini, ia masih menunggu kabar terkait pihak yang sempat menawarkan tawaran modal usaha di kampung.

“Kalau itu benar, saya pasti akan pulang kampung,” ujar Waluyo.

Hidup di pinggir rel kereta Manggarai

Waluyo sudah hidup di pinggir rel kereta Manggarai-Jatinegara sekitar delapan tahun. Namun, tempat tinggal awalnya yang berbentuk saung beratap terpal terkena gusuran karena pembangunan Double-Double Track (DDT).

Saat ini, ia tinggal bedeng reot dan tak dialiri listrik. Lokasinya hanya berjarak sekitar 100 meter.

Tempat tinggalnya saat ini pemberian izin dari pemilik lapak kusen.

Waluyo bekerja sebagai pekerja serabutan. Ia lebih sering bekerja sebagai kuli harian lepas.

Hidup di pinggir rel pun tentu tak senyaman yang dibayangkan. Ancaman bahaya selalu mengincar keluarga Waluyo.

Anak Waluyo, Jannah (4) membentur bemper kereta. Beruntung kereta sedang tak berjalan. Anak Waluyo hampir bertemu malaikat maut.

Setiap hari, keluarga Waluyo menghabiskan sore di pinggir rel kereta Manggarai.

Kemiskinan yang dialami keluarga Waluyo adalah potret nyata kehidupan orang pinggiran Jakarta yang termarjinalkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com