Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sel-sel Teroris di Jabotabek dan Aksi Lone Wolf

Kompas.com - 01/04/2021, 10:19 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi terorisme dan penangkapan terduga teroris terjadi di Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir.

Senin (29/3/2021) lalu, Detasmen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap terduga teroris berinisial ZA (37), BS (43), AJ (46) dan HH (56) di empat lokasi berbeda di Jabodetabek. Dua orang ditangkap di Jakarta. Dua lainnya masing-masing ditangkap di Tangerang Selatan, Banten dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Penangkapan empat terduga teroris itu terkait aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, hari Minggu lalu.

Baca juga: Pengamat: JAD Anggap Ramadhan Bulan Sakral untuk Lakukan Pengeboman

Belum tuntas penyelidikan kasus-kasus itu, aksi teror terjadi di Markas Besar (Mabes) Polri di  Jakarta Selatan, Rabu kemarin.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus menjelaskan, penangkapan pertama dilakukan terhadap terduga teroris ZA di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

"Kemudian ada Saudara HH di showroom motor. TKP (tempat kejadian perkara) kediamannya sendiri di Condet, Jakarta Timur," kata Yusri, Selasa.

Polisi kemudian melakukan pengembangan dan menangkap AJ di wilayah Cirendeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

"AJ ini diamankan di daerah Cirendeu, Ciputat Timur, Tangsel. Lalu ada BS Diamankan di Mangga Dua, Pademangan," kata Yusri.

Keempat terduga teroris itu memiliki peran masing-masing dalam membuat bom. HH berperan sebagai motivator dan fasilitator.

"Di kediaman ZA (barang bukti) sendiri ada 5 bom aktif, botol kecil sekitar 200 mili yang sudah dirakit," kata Yusri.

Di tempat itu polisi juga mendapatkan beberapa kartu nama dan jaket Front Pembela Islam (FPI). Polisi masih mendalami keterkaitan empat terduga teroris itu dengan ormas yang telah dibubarkan pemerintah tersebut.

Yusri menyebutkan, lebih dari 100 bom telah disiapkan terduga teroris yang ditangkap di Kabupaten Bekasi dan Condet. Bom tersebut berjenis bom panci dan jenis lainnya yang berdaya ledak tinggi.

"Kalau mau ditotalkan itu ada 100 lebih bom yang akan disiapkan," ujar Yusri.

Bom yang sudah siap diledakkan oleh terduga teroris itu ada 12 unit.

"Total yang ada 12 yang siap digunakan. Lima bom ada di tempat ZA (di Bekasi) dan tujuh bom di tempat saudara HH (di Condet)," ucap Yusri.

Rumah terduga teroris yang menyerang di Mabes Polri di Gang Taqwa, bilangan Ciracas, Jakarta Timur itu telah dipasangi garis polisi, Rabu (31/3/2021) malam.KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO Rumah terduga teroris yang menyerang di Mabes Polri di Gang Taqwa, bilangan Ciracas, Jakarta Timur itu telah dipasangi garis polisi, Rabu (31/3/2021) malam.

Lone Wolf

Polisi menyebutkan, dua pelaku pengeboman di depan Katedral Makassar dan empat terduga teroris yang ditangkap di Jabodetabek terkait dengan Jamaah Ansharut Daulah JAD. Namun  pelaku aksi teror berinisial ZA di Mabes Polri kemarin, yang dipengaruhi ideologi radikal ISIS,  bergerak sendiri.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menjelaskan, ZA beraksi sendiri, tidak punya jaringan. Orang yang beraksi sendiri seperti dia dikenal sebagai lone wolf.

"Dari hasil profiling pada yang bersangkutan, maka yang bersangkutan ini adalah tersangka atau pelaku, lone wolf, yang berideologi radikal ISIS. Hal itu dibuktikan dengan posting-an yang bersangkutan di media sosial," kata Listyo dalam konferensi pers di Mabes Polri, Rabu malam.

Baca juga: Apa Itu Lone Wolf, Sebutan Polisi untuk Aksi Teror ZA yang Menyerang Mabes Polri?

Menurut Listyo pengaruh ISIS terlihat dari unggahan ZA di akun media sosialnya. Dia mengunggah foto-foto bedera ISIS pada akun Instagram sebelum melakukan aksi teror.

""Yang bersangkutan memiliki Instagram yang baru dibuat atau di-posting 21 jam yang lalu, di mana di dalamnya ada bendera ISIS," ujar Sigit.

Tafsiran yang keliru

Sejumlah pengamat menyebutkan, kemunculan sel-sel teroris jelang bulan Ramadhan itu terkait dengan tafsiran keliru para pelaku dan terduga pelaku soal waktu yang tepat untuk melakukan amaliyah.

"Mereka menyasar gereja karena mereka kelompok Wahabi Takfiri yang christophobia atau tidak menyukai orang-orang non-muslim," kata pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Aceh, Al Chaidar, seperti dilansir BBC.com.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Muhammad Syauqillah, menyebutkan aksi pengeboman dilakukan sebagai "amaliyah", istilah yang disalahgunakan oleh kelompok JAD. Istilah itu untuk menyebut aksi pengeboman menjelang bulan Ramadhan.

"Mereka (JAD) mengganggap bulan suci Ramadan adalah waktu yang tepat karena di bulan-bulan inilah amal dilipatgandakan," kata Muhammad Syauqillah kepada BBC News Indonesia.

"Ini bulan yang sakral untuk kelompok itu," ujar dia.

Tindakan pengeboman jelang Ramadan, katanya, juga pernah terjadi pada 2019 di pos pengamanan Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com