Jauh sebelum proses pemancangan tiang pertama itu, sebenarnya sempat terjadi perdebatan antara Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta mengenai lokasi pembangunan Masjid Istiqlal.
Hatta ingin Masjid Istiqlal dibangun di kawasan MH Thamrin, yang saat ini berdiri Hotel Indonesia Kempinski. Alasannya, lokasi tersebut dekat dengan pemukiman penduduk muslim.
Selain itu, di lokasi tersebut juga terdapat lahan kosong yang cukup luas sehingga tak perlu biaya pembongkaran.
"Dari sisi efisiensi biaya, akan efisien," ujar Nur Khayin.
Baca juga: Gereja Katedral Sampaikan Terima Kasih ke Imam Besar Masjid Istiqlal
Namun, Presiden Soekarno tetap ingin agar Masjid Istiqlal dibangun di taman Wilhelmina meski harus membongkar benteng Citadel bekas Belanda yang berdiri di lokasi tersebut.
Soekarno ingin agar Masjid Istiqlal dekat dengan ikon negara mulai dari Istana Negara dan Monas. Apalagi di sekitar lokasi tersebut juga ada Gereja Katedral yang sudah berdiri lebih dulu.
"Soekarno berpendapat lebih baik didirikan di dekat Gereja Katedral sebagai simbol keharmonisan dua umat beragama," kata Nur Khayin.
Pada akhirnya, ide Soekarno yang dipakai. Masjid Istiqlal dibangun persis bersebrangan dengan Gereja Katedral.
Seperti yang sudah diperhitungkan Hatta, pembangunan memang membutuhkan waktu lama dan menelan banyak biaya.
Bahkan hingga pergantian kepemimpinan dari era orde lama ke orde baru, pembangunan masjid itu belum juga rampung. Masjid Istiqlal akhirnya baru rampung dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978.
Artinya pembangunan masjid membutuhkan 17 tahun jika dihitung dari waktu pemancangan tiang pertama oleh Soekarno.
Meski demikian, Nur Khayin menilai keinginan Bung Karno untuk membangun Masjid Istiqlal di dekat Gereja Katedral sebagai simbol toleransi dan kerukunan tidak sia-sia.
Sebab, umat di Masjid Istiqlal selama ini selalu hidup rukun dan berdampingan dengan umat Gereja Katedral.
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral tidak hanya menjadi tempat ibadah bagi kedua umat, tapi juga simbol toleransi dan kerukunan.
"Bahkan para tokohnya, pengurusnya dan juga umatnya saling bekerjasama pada saat dibutuhkan, kata Nur Khayin.
Nur Khayin mencontohkan, saat hari Natal atau Paskah, umat kristiani yang akan ibadah di Katedral bisa memarkirkan kendaraannya di Masjid Istiqlal. Begitu juga saat Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha, masyarakat muslim bisa menggunakan fasilitas di Gereja Katedral.
Bahkan, saat ini sedang dibangun terowongan silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral. Kedua umat beragama nantinya bisa memanfaatkan terowongan itu sehingga tak perlu lagi menyebrang jalan.
"Ini ide dan gagasan Presiden Jokowi untuk mempermudah akses Istiqlal-Katedral," kata Nur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.