Setelah memimpin shalat, Dudung kemudian memberi penjelasan tentang omnibus law kepada para mahasiswa dengan ringkasan selebaran yang dibagikan.
Para mahasiswa itu kemudian berniat untuk bubar dan meminta Dudung mengawal mereka.
2. Keberanian ambil keputusan tegas
Dudung Abdurrachman juga mengungkapkan alasannya berani membuat keputusan-keputusan tegas yang tak jarang memicu kontroversi.
Salah satunya mencopot baliho bergambar Rizieq Shihab, yang saat itu menjadi pemimpin Front Pembela Islam (FPI).
Dudung menjelaskan, sebagai seorang pemimpin dia harus tegas dalam mengambil keputusan.
Baca juga: Pangdam Jaya Dudung Abdurrachman dan Keberanian Ambil Keputusan yang Picu Kontroversi
"Ciri pemimpin itu satu, dia harus berani ambil keputusan, kalau keputusan itu benar berarti bagus. Kalau keputusan itu salah, masih bagus daripada tidak berani sama sekali," ucap Dudung.
"Saya pikir apa yang harus saya buat untuk bangsa ini apalagi di DKI Jakarta ini kan barometer. Kalau Jakarta aman, semuanya akan aman," sambungnya.
Dudung memahami betul setiap tindakannya tentu memiliki risiko. Namun Dudung juga tak ingin berada di zona nyaman kepemimpinannya.
Bahkan ia mengaku tak takut kehilangan jabatan karena keputusan yang dia ambil.
Baca juga: Perintahkan Copot Baliho Rizieq Shihab, Siapa Sosok Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman?
"Mula-mula sadar bahwa hidup ini mengandung risiko, tetapi kalau hati nurani ini kuat, apapun yang kita hadapi," ucapnya.
"Saya enggak mau datar-datar saja, saya cari aman saja, saya enggak mau. Ah yang penting aman, saya takut dicopot jabatan, saya enggak. Selagi kepentingan untuk Merah Putih, untuk republik ini jangan ragu, jangan setengah-setengah, saya berbuat begitu saja," tutur Dudung
4. Kue dagangan Dudung ditendang tentara
Kemudian, Wisnu mengulik awal perjalanan Dudung Abdurrachman hingga menjadi Panglima Kodam Jaya
Dudung bercerita, bermula ketika dirinya harus membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga.