Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Metamorfosis Kramat Tunggak dan Kalijodo, dari Lokalisasi Jadi Masjid dan Taman

Kompas.com - 24/06/2021, 06:00 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

KRAMAT Tunggak dan Kalijodo. Dua daerah itu punya cerita masa lalu yang erat dengan dunia hiburan malam di Jakarta.

Pada tahun 1970-1999, Kramat Tunggak merupakan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara. Awalnya, Kramat Tunggak adalah Lokasi Rehabilitasi Sosial (Lokres) yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Tempat itu dibangun atas dasar menyadarkan dan membina pekerja seks di Jakarta.

Namun, seiring berjalannya waktu, kawasan di Jakarta Utara itu menjadi tempat pelacuran. Berkumpulnya pekerja seks dimanfaatkan sejumlah muncikari. Mereka dibujuk untuk bekerja kembali sebagai wanita penghibur.

Baca juga: Lokalisasi Kramat Tunggak: Dibuat Ali Sadikin, Diruntuhkan Sutiyoso

Kramat Tunggak kemudian berubah menjadi tempat pelacuran, melenceng dari tujuan awal.

Melalui Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Jakarta No. Ca.7/I/13/1970 per tanggal 27 April 1970 tentang Pelaksanaan Usaha Lokalisasi/Relokasi Wanita Tuna Susila, Ali Sadikin menetapkan Kramat Tunggak sebagai lokalisasi.

Para pekerja seks, yang tadinya tersebar di banyak tempat, berduyun-duyun bergabung ke Kramat Tunggak. Pada era 1990-an, lebih dari 2.000 pekerja seks “mengadu nasib” di Kramat Tunggak. Mereka diawasi 258 muncikari.

Setelah era Kramat Tunggak berakhir pada 1999, Kalijodo muncul sebagai tempat prostitusi kalangan kelas bawah selanjutnya di Jakarta.

Di kawasan yang terletak di antara Tambora, Jakarta Barat, dan Penjaringan, Jakarta Utara, itu, kelab-kelab malam berjejer. Para perempuan menjajakan diri kepada pria hidung belang. Tempat judi juga tak sulit ditemukan di sana.

Di tempat itulah, para penguasa Kalijodo terus mengambil keuntungan. Dalam satu malam, satu pekerja seks komersial (PSK) bisa melayani 12 pria di kamar yang rata-rata berukuran 2x1 meter.

Kramat Tunggak berubah 

Tak ada lagi kelab-kelab malam. Tak ada lagi wanita menjajakan diri. Denyut dunia malam berhenti. Potret hitam Kramat Tunggak kini berubah.

Kramat Tunggak sebagai lokasi prostitusi resmi ditutup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 31 Desember 1999, pada era Gubernur Sutiyoso.

Tampak suasana kompleks Jakarta Islamic Centre (JIC) yang dulunya merupakan lokalisasi Kramat Tunggak di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Senin (15/2/2016). 








Andri Donnal Putera Tampak suasana kompleks Jakarta Islamic Centre (JIC) yang dulunya merupakan lokalisasi Kramat Tunggak di Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Senin (15/2/2016).

Keberadaan Kramat Tunggak sebagai tempat pelacuran lama-lama membuat masyarakat resah. Mereka mendesak agar lokalisasi di wilayah Tugu Utara, Koja, itu ditutup.

Menanggapi hal itu, Sutiyoso kemudian melakukan pendekatan dengan membentuk sebuah tim yang bertugas membuat rekayasa sosial.

"Tim itu untuk memetakan rekayasa sosial, apa sih dampak saat Kramat Tunggak dibongkar, gimana muncikarinya, PSK-nya, akibat pembongkaran terhadap warga yang menggantungkan hidup sehari-hari cari nafkah di lokalisasi itu," kata mantan anggota Tim Kajian Pembongkaran Kramat Tunggak, Ricardo Hutahean, kepada Kompas.com pada 2016.

Sebelum penggusuran dilakukan, para muncikari ditawari uang ganti rugi. Ribuan PSK diberi pendampingan selama lima tahun.

Baca juga: Sejarah Jakarta Islamic Centre: Eks Kramat Tunggak, Lokalisasi Terbesar di Asia Tenggara pada Masanya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Ribuan Buruh Ikut Aksi 'May Day', Jalanan Jadi 'Lautan' Oranye

Ribuan Buruh Ikut Aksi "May Day", Jalanan Jadi "Lautan" Oranye

Megapolitan
Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Megapolitan
Ribuan Polisi Amankan Aksi 'May Day', Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Ribuan Polisi Amankan Aksi "May Day", Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Megapolitan
Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com