Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setiap Hari 250 Peti Mati Dibikin di Tangerang, Paling Banyak Dikirim ke Jakarta

Kompas.com - 29/06/2021, 15:27 WIB
Muhammad Naufal,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Perajin peti mati di Benda, Kota Tangerang, Banten, Frans, mengungkapkan bahwa pesanan peti mati khusus untuk pasien Covid-19 meningkat tajam.

Peningkatan produksi dirasakan olehnya sejak 11 hari lalu, tepatnya pada 18 Juni 2021.

"Meningkat itu dari 11 hari yang lalu, Jumat dua minggu yang lalu, itu tepatnya," paparnya saat dikonfirmasi, Selasa (29/6/2021).

Baca juga: Jenazah Pasien Covid-19 di Tangsel Mulai Dimakamkan Tanpa Peti Mati karena Stok Habis

Sejak saat itu, Frans yang mengelola pabrik itu bersama seorang rekan lainnya memproduksi 250 peti mati dalam satu hari.

Jumlah tersebut, lanjut dia, meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya, yakni 70-75 peti mati setiap harinya.

Baca juga: Potret Pilu Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19 di TPU Rorotan: 3 Peti Ditumpuk dalam Satu Ambulans

"Kalau sekarang bisa minimal 250 peti produksinya. Jadi, kurang lebih tiga kali lipat lebih (peningkatannya)," urai Frans.

Katanya, pemesan peti mati untuk pasien Covid-19 itu kebanyakan adalah RSUD atau pun RS swasta di Jabodetabek.

Bahkan, instansi pemerintah di DKI Jakarta sempat memesan hingga 1.000 peti dalam satu hari.

Baca juga: Kematian Pasien Covid-19 Membeludak, Pembuatan Peti Mati Dikebut 24 Jam Tanpa Henti

"Kalau RSUD di Jabodetabek paling 100. Ya tergantung juga. Kemarin kami juga dapet pesanan dari Jawa Barat sama Jawa Tengah, paling jauh (pemesan) di Jawa Tengah," tuturnya.

Frans menyatakan, seiringan dengan meningkatnya pemesanan peti mati itu, pihaknya menambah 35 karyawan baru.

Terdapat sekitar 150-160 karyawan yang bekerja selama tujuh hari. Pembuatan peti mati berlangsung mulai pukul 07.00 WIB sampai 22.00 WIB.

"Sekarang ada 150-160 pegawai. Kami ada dua shift, sampai jam 22.00 WIB, mulai jam 07.00 WIB," ucap dia.

Baca juga: Beredar Video Jenazah Pasien Covid-19 di Bandung Dimakamkan Tanpa Peti, Ini Penjelasan RS Hasan Sadikin

Selain itu, lanjut Frans, hampir seluruh karyawan di pabrik tersebut dipekerjakan untuk membuat peti mati.

Kemudian, sekitar 15 persen karyawan lainnya memproduksi furnitur yang juga dibuat di pabrik itu.

"Pekerjaan yang lain dialihkan ke peti dulu, 85 persen peti mati, sisanya yang kecil-kecil," kata Frans.

Dia menambahkan, pihaknya memproduksi peti mati mulai bahan mentah hingga pengiriman.

Kata Frans, sekitar pukul 12.30 WIB hari ini, pabrik tersebut mengirimkan sekitar 200 peti ke instansi pemerintah di DKI Jakarta.

Untuk satu peti, lanjut dia, dipatok harga mulai sekitar Rp 1.100.000.

"Masih ada untuk pengiriman peti gratisnya, tapi udah enggak banyak. Akhir-akhir ini paling satu bulan satu (peti mati)," papar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com