JAKARTA, KOMPAS.com - Krematorium Cilincing, Jakarta Utara, hanya melayani proses kremasi jenazah pasien Covid-19 yang diantarkan langsung oleh pihak keluarga ke krematorium itu.
Manajemen dan Personalia Krematorium Cilincing Heru Prayitno berujar, pihaknya tidak menerima jenazah pasien Covid-19 dari pihak ketiga atau yang bukan pihak keluarga.
Adapun pihak ketiga yang dimaksud adalah calo atau broker layanan kremasi.
"Kami layani sesuai prosedur yang kami minta, keluarga langsung yang mengurus untuk proses ke sini. Jadi bukan lewat calo atau broker," papar Heru melalui sambungan telepon, Selasa (20/7/2021).
Ia mengatakan, jika ada broker atau calo yang mengatasnamakan Krematorium Cilincing, maka layanan tersebut bukan disediakan oleh krematorium itu.
"Kami enggak ada pelayanan seperti itu," ucapnya.
Penegasan itu diutarakan olehnya guna menanggapi isu kartel kremasi yang memeras hingga puluhan juta rupiah untuk biaya kremasi di DKI Jakarta.
Heru menegaskan, pihaknya hanya melayani keluarga yang mendatangi langsung krematorium dengan membawa data terkait jenazah pasien Covid-19.
Bila ada keluarga yang mengalami kendala soal biaya kremasi, pengelola krematorium juga berusaha untuk meringankan beban mereka.
"Kita coba untuk atur penjadwalan agar biaya yang dikeluarkan keluarga yang mempunyai beban bisa kami bantu meringankan," tuturnya.
Dia menambahkan, saat ini memang terjadi antrean kremasi jenazah Covid-19 di krematorium itu.
Baca juga: Minta Kartel Kremasi Ditindak Tegas, Ketua DPRD DKI: Saya Bilang ke Kapolda Tembak Mati Saja
Namun, pihaknya berusaha untuk menjalankan tugasnya sesuai prosedur yang ada.
Besaran tarif kremasi di Krematorium Cilincing bervariasi, mulai dari Rp 7 juta-Rp 10 juta, tergantung paket yang dipilih keluarga.
Tarif sebesar Rp 7 juta hanya untuk kremasi jenazah pasien Covid-19 saja.
Sementara tarif sebesar Rp 10 juta adalah paket kremasi jenazah pasien Covid-19, sewa kapal, dan larung.
Anggota Komisi E DPRD Ima Mahdiah sebelumnya mengaku mendapat dua laporan terkait tarif kremasi jenazah pasien Covid-19 yang menyentuh angka ratusan juta rupiah.
Laporan pertama, Ima menerimanya dari mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Ia menjelaskan, orangtua dari teman Ahok meninggal dunia karena terpapar Covid-19 dan harus dikremasi.
"Kebetulan (laporan) yang satu saya dikirim sama Pak Ahok waktu itu, kebetulan teman beliau orangtuanya meninggal, tapi tidak ada tempat untuk kremasi untuk Covid di Jakarta untuk yang (dikelola) Pemda, sedangkan di swasta tempatnya penuh dan harganya tinggi," kata Ima saat dihubungi melalui telepon, Senin (19/7/2021).
"Kedua saya dapat laporan dari warga Jakbar, dia sampaikan bahwa harganya (tarif) tinggi sekali untuk kremasi saja," imbuhnya.
Baca juga: Anggota DPRD DKI Terima Laporan Ahok soal Tarif Kremasi Melonjak Ratusan Juta Rupiah
Ima mengatakan, masih dalam laporan yang dia terima, warga mengaku ditawari jasa kremasi jenazah pasien Covid-19 di luar Jakarta dengan tarif hingga ratusan juta rupiah.
Menurut Ima, tarif tinggi bisa jadi disebabkan permintaan kremasi yang kian banyak di tengah wabah Covid-19.
"Cuma pemakaman sama kremasi saja sampai berapa ratus juta. Mungkin karena permintaan banyak," kata dia.
Namun, kenaikan tarif yang tidak wajar tersebut tidak bisa ditoleransi. Menurut politikus PDI-P ini, jika kenaikan tarif hanya sebatas penambahan biaya alat pelindung diri (APD) dan disinfeksi, kemungkinan keluarga jenazah pasien akan memaklumi.
"Kalau ada kenaikan tambahan APD masih masuk akal, tapi kalau naiknya tidak masuk akal kan kasian mereka ini yang memang mereka jenazahnya protap pemakamannya harus dikremasi," kata dia.
Untuk itu dia meminta agar Pemprov DKI Jakarta bisa memberikan fasilitas krematorium untuk warga yang jenazahnya dikremasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.