Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapan Orangtua Siswa soal Rencana PTM di Kota Tangerang

Kompas.com - 30/08/2021, 16:40 WIB
Muhammad Naufal,
Nursita Sari

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Wacana pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang akan digelar di sekolah di Kota Tangerang menuai respons yang beragam dari orangtua murid.

Sebagaimana diketahui, Kota Tangerang yang tengah menerapkan PPKM level 3 itu telah diizinkan untuk menggelar PTM terbatas.

Titisari, seorang wali murid, mengaku tidak akan mengizinkan ketiga anaknya mengikuti PTM terbatas.

Tiga anak Titisari saat ini duduk di bangku kelas 2, 4, dan 6 di salah satu SD di Kota Tangerang.

"Semua satu sekolah. Kalau saya pribadi masih belum setuju. Satu, karena masih belum tahu asesmennya di sekolah udah siap apa belum," tuturnya saat dihubungi, Senin (30/8/2021).

"Lalu, masalah apa mereka bisa minjamin prokesnya, kita belum tahu dan bisa apa enggak diterapkan di sekolah," sambung dia.

Baca juga: Soal Skema Belajar di Sekolah, Wali Kota Tangerang: Kita Masih Hati-hati

Berdasarkan pengalaman Titisari yang kerap mengunjungi sekolah ketiga anaknya, pihak SD belum pernah menyemprot disinfektan di lingkungannya. Pihak sekolah hanya melakukan pembersihan biasa.

"Jadi masih belum yakin bener. Intinya saya nolak, masih enggak setuju," ucap dia.

Kemudian, Titisari juga tidak mengizinkan anaknya mengikuti PTM karena banyak murid kelas 6 di SD tersebut belum disuntik vaksin Covid-19.

Hanya ada dua murid kelas 6 di SD itu yang telah disuntik vaksin.

"Di sekolah itu yang divaksin baru gurunya doang. Muridnya baru dua yang divaksin kelas 6 SD. Lainnya belum ada yang 12 tahun," tuturnya.

Meski demikian, dia mengaku anak-anaknya memang menemui hambatan saat mengikuti pembelajaran via daring (online).

Baca juga: PTM Terbatas di Jaktim, Siswa Diimbau Tak Bawa Bekal ke Sekolah tapi Sarapan di Rumah

Kata Titisari, guru di SD itu jarang mengajar, hanya memberikan penugasan saja. Jika ada guru yang mengajar via daring pun, anak-anak Titisari kerap tidak memahami pembelajaran yang diberikan.

"Anak-anak butuh bantuan juga, tapi kan dibandingkan dengan kesehatan, lebih berharga mana? Kan enggak ada jaminan juga," tegas dia.

Untuk mengatasi hal tersebut, Titisari dan suaminya biasa memberikan pembelajaran ulang ke anak-anaknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com