Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Musim Hujan, Sejumlah Perahu Karet BPBD Kota Tangerang Rusak

Kompas.com - 26/10/2021, 17:39 WIB
Muhammad Naufal,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang, Banten, menginventarisasi perlengkapan penanganan banjir milik mereka jelang musim hujan mendatang.

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Tangerang Ghufron Falveli mengatakan, berdasarkan hasil inventarisasi itu, ada sejumlah perahu yang rusak.

"Ada beberapa yang memang perlu perbaikan, karena kondisinya kan memang itu barang-barang lama ya," kata dia, Selasa (26/10/2021).

Dia menyebut, sejumlah perahu yang rusak adalah perahu berbahan dasar karet. Menurut Ghufron, perahu berbahan dasar karet itu sebenarnya tidak layak digunakan saat banjir terjadi.

Baca juga: Antisipasi Fenomena La Nina, Warga Kota Tangerang Diminta Tingkatkan Kewaspadaan

"Perahu beberapa memang kondisinya tidak pas digunakan untuk penanganan banjir, yang karet. Kayak gitu kami minimalisasi sekarang," sebutnya.

Meski demikian, pihaknya tetap akan memperbaiki perahu karet yang rusak itu. Ghufron mengungkapkan, perahu yang sebenarnya layak digunakan saat banjir terjadi adalah perahu berbahan fiber.

Di setiap UPT BPBD Kota Tangerang, pihaknya telah menyiagakan perahu berbahan fiber menjelang musim hujan yang berpotensi menyebabkan banjir. BPBD Kota Tangerang juga telah menyiagakan perahu berbahan fiber di kantor kelurahan yang di wilayah kelurahannya terdapat titik rawan banjir.

"Tiap UPT sudah kami siagakan dan memang di beberapa titik di kelurahan yang ada titik rawan banjirnya sudah kami siagakan perahu," urai Ghufron.

Di sisi lain, meski ada sejumlah perahu yang rusak, BPBD Kota Tangerang tidak akan menganggarkan pengadaan perahu baru. Alasannya, anggaran pengadaan barang dan beberapa kegiatan lain dialihkan untuk penanganan Covid-19.

"Kalau untuk saat ini belum ya. Memang kami lagi suasana pandemi Covid-19, beberapa kegiatan juga kita sedang sesuaikan karena ada refocusing," papar dia. "Jadi memang pengadaan belum ada," imbuh Ghufron.

Kepala BMKG Kota Tangerang Suwardi sebelumnya mengemukakan, berdasarkan pemantauan, nilai anomali atau keganjilan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik telah melewati batas normal. Nilai anomali suhu permukaan laut itu juga berpotensi terus berkembang menjadi La Nina.

La Nina merupakan fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi. La Nina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia, selain angin muson. Nama La Nina diambil dari bahasa Spanyol yang berarti gadis kecil.

Berdasar pemantauan, BMKG memperkirakan bahwa Kota Tangerang akan memasuki periode musim hujan mulai Oktober 2021. Prakiraan perjode musim hujan terjadi pada Oktober 2021 hingga terjadinya La Nina mendatang juga didasari fenomena La Nina yang terjadi tahun lalu.

Tahun lalu, musim hujan di Kota Tangerang dimulai pada Oktober 2020. Kemudian, La Nina terjadi pada November 2020-Januari 2021.

Karena itu, lanjut Suwardi, masyarakat Kota Tangerang diminta untuk meningkatkan kewaspadaan serta kesiapsiagaan terhadap fenomena La Nina yang bakal terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com