Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Tahun Kebanjiran, Warga Rawajati Menanti Pembebasan Lahan untuk Normalisasi

Kompas.com - 11/11/2021, 08:12 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kumpulan kertas tertumpuk di sebuah kamar kecil depan rumah berlantai dua warna hijau milik Sari Budi Handayani di Rawajati, Pancoran Jakarta Selatan.

Sari merupakan Ketua RW 07 Rawajati, sekaligus orang yang dipercaya warga untuk menyelesaikan persoalan rencana pembebasan lahan untuk program normalisasi Kali Ciliwung.

Kertas yang tertumpuk merupakan berkas-berkas dalam proses pembebasan lahan. Ada 63 bidang rumah yang tercatat untuk pembebasan dalam proyek normalisasi.

Baca juga: Banjir 30 Sentimeter Masih Rendam Rumah Warga Rawajati hingga Senin Siang

Sari bersama warganya antusias. Mereka yang tergabung dalam forum normalisasi melengkapi satu di antara persyaratan lain agar pembayaran untuk pembebasan lahan segera berjalan.

"Mudah-mudahan tahun ini (pembebasan lahan). Kami mendorong dan berharap akhir tahun ini sudah pembayaran. Karena khawatir penghujung tahun yang banjir," kata Sari saat berbincang Rabu (10/11/2021).

Sari yang menjadi perwakilan warga sudah beberapa bertemu dengan lurah, camat, dan Dinas sumber Daya Air Pemerintah Provinsi DKI untuk membahas proyek normalisasi itu.

Baca juga: Proyek Normalisasi Kali Ciliwung, 63 Rumah di Rawajati Bakal Tergusur

Sari dan warga dijanjikan pembebasan lahan itu dibayarkan di atas nilai jual objek pajak (NJOP) dan akan ada appraisal.

"Warga mau (pindah) asal itu pembayaran di atas NJOP dan tanpa makelar. Makanya kami buat forum normalisasi ini. Dan seharusnya ini tahap pembebasan sudah masuk dalam peta bidang," kata Sari.

Selain soal pembayaran pembebasan lahan yang di atas NJOP, warga mau adanya pembebasan lahan karena sudah jengah dengan banjir.

Meski tak sedikit satu di antaranya warga berat meninggalkan kawasan itu karena alasan sejarah dan kenangan yang dinilai paling mahal.

Padahal banjir yang dialami warga Rawajati sudah semakin sering. Apabila dahulu banjir dahulu disebut-sebut siklus lima tahunan, kini sudah bisa terjadi setiap tahun.

"Banjir dahsyat itu tahun 1997 kita kaget juga, tadinya barang di atas lantai dua aman, akhirnya yasudah hancur. Sejak 2004 itu banjir terjadi setiap tahun," kata Sari.

Banjir yang kerap terjadi membuat perabotan rumah sari dan warga lain rusak. Bahkan tidak sedikit rumah-rumah hancur terkikis air.

Baca juga: Banjir di Sebagian Wilayah Rawajati Surut, Warga Mulai Bersihkan Lumpur dan Sampah

"Itu kontrakan, karena mungkin rusak, pemilik tak ada uang buat renovasi akhirnya ya ditinggal dengan kondisi seperti itu," kata Sari.

Siti Aminah (54), yang juga warga Rawajati, mengaku sudah merasakan hidup di tengah bayang-bayang banjir sejak tahun 1981.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com