"Saya pernah mengalami banjir setinggi lebih dari lima meter, sampai atap itu tahun 2007 dan sekarang banjir sudah tidak lima tahunan, bahkan hampir setiap tahun," kata Siti.
Kini, Siti dan keluarga sudah selalu siap siaga. Mereka sudah mengantisipasi diri apabila terjadi banjir.
Tolak ukur kesiapan diri jika adanya informasi melalui pesan singkat dari ketua RT dan RT mengenai kondisi pintu air di hulu.
"Dapat informasi dari kelurahan. Kelurahan dari BPBD mengenai air sudah siaga berapa nih?. Dan kira-kira sampai sini jam berapa dan tingginya semana itu kita sudah bisa perkirakan karena sudah sering," kata Siti seiring tersenyum.
Sempat pindah dari kawasan Rawajati 1988 karena mengikut sang suami, namun Siti kembali. Kala itu suami telah meninggal dunia.
Siti tak ingin meninggalkan kawasan rumah yang telah bersahabat dengan air meski ada tempat tinggal lain. Alasan karena anak Siti banyak yang telah bekerja tak jauh dari rumah saat ini.
"Dan rencana normalisasi itu sih mau. Iya asal pembayaran rumah di atas NJOP. Kemudian katanya ada uang pembangunan dan lainnya. Tapi untuk lebih dalam soal normalisasi saya tidak bisa ngomong banyak karena sudah terpusat ke RW ada forum normalisasi," kata
Alasan Siti yang setuju adanya program normalisasi karena dirinya merasakan banjir yang semakin sering terjadi membuat kehidupan kurang tidak sehat.
Dia pun berharap agar persoalan banjir dengan normalisasi dapat teratasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.