DEPOK, KOMPAS.com- Hening. Dari kejauhan, Taman Pemakaman Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) di Jalan Kamboja, Pancoran Mas, Depok tampak seperti makam pada umumnya. Namun, di sana adalah tempat bermakam para kaum keluarga masyarakat Depok.
Kamis (11/11/2021), Kompas.com berkesempatan mengunjungi makam tersebut bersama Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns.
Begitu melewati pintu taman pemakaman, ada sejumlah bangunan makam yang berukuran besar. Sebuah makam di sisi kiri pintu masuk bahkan tingginya lebih dari dua meter.
Di makam besar itu tertulis Adolf van der Cappelen di bagian nisannya. Adapula bahasa Belanda yang tertulis di nisannya.
Baca juga: Berbagai Cerita Asal-usul Nama Depok, dari Padepokan hingga Akronim Komunitas Belanda-Depok
Lambert langsung menuju bangunan makam Adolf van der Cappelen. Ia sempat membaca nisan bangunan makam Adolf van der Cappelen.
Penulis buku Potret Kehidupan Sosial & Budaya Masyarakat Depok Tempo Doeloe, Yano Jonathans, menuliskan, Adolf van der Cappelen merupakan seorang kerabat dari gubernur jenderal.
Di bangunan makam tersebut, bersemayam jasad-jasad keluarga Adolf van der Cappelen.
Umumnya bangunan makam tersebut dibangun dengan kedalaman sekitar 2,5 meter dan lebar 3x3 meter. Di dalam bangunan makam tersebut bisa memuat 10-15 peti yang ditumpuk dalam tiga deretan.
"Di sini tempat bersemayam atau beristirahat Adolf van der Cappelen," ujar Lambert saat melihat bangunan makam.
Baca juga: Alasan Mengapa Rumah Belanda Depok Banyak Dijual
Di bangunan makam Adolf van der Cappelen, ada empat nisan yang terpasang. Nisan berukuran besar di bagian tengah bertuliskan Adolf van der Cappelen yang lahir pada 6 April 1868 dan meninggal dunia pada 6 Apil 1888.
Masih satu bagian dengan nisan Adolf van der Cappelen, ada nisan istrinya bernama Elise Remisa yang lahir pada 15 Juni 1825 dan meninggal dunia pada 6 Februari 1902.
Di sebelah kiri atas terpasang nisan bertuliskan nama Franz yang lahir pada 23 Februari 1893 dan meninggal dunia pada 18 Februari 1935.
Baca juga: Belanda Depok, Berawal dari Olok-olok di Kereta
Di bawah nisan Franz, terpasang nisan bertuliskan nama R.L.J can der Cappelen yang lahir pada 8 September 1889 dan meninggal dunia pada 15 November 1939.
Di samping kanan atas dari nisan Adolf van der Cappelen, terpasang nisan bertuliskan nama Abrahamina van der Cappelen yang lahir pada 9 Mei 1858 dan meninggal dunia pada 16 November 1916.
Lambert mengatakan, di nisan yang terpasang ada potongan ayat-ayat suci dari Al-Kitab . Nisan tersebut bertuliskan "want hij aan mij geopenbaard om mijne zonde te niet te doen door zijne zelf offerande,".
Berdasarkan Al-Kitab, Ibrani 10:14, potongan kalimat itu berarti "Sebab oleh satu korban saja, Ia (Yesus) telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan".
Lambert mengatakan, karakteristik makam-makam orang Belanda biasanya memiliki penggalan kisah orang yang dimakamkan semasa hidup dan potongan-potongan ayat suci Al-Kitab.
Taman Pemakanan YLCC berada di sebelah timur pusat Kota Depok. Luasnya pemakaman tersebut yaitu satu hektar.
Pemakaman itu merupakan tanah wakaf YLCC untuk 12 kaum keluarga masyarakat Depok.
Adapun ke-12 marga tersebut adalah Jonathans, Soedira, Bacas, Laurens, Leander, Loen, Isakh, Samuel, Jacob, Joseph, Tholense, dan Zadokh.
Makam tersebut terlihat sudah penuh sesak. Namun, pemakaman tersebut disebut masih diisi dengan jasad-jasad baru.
Baca juga: Kawasan Bersejarah Depok Lama Akan Ditata Ulang, Akan Ada Museum
Yano menyebut, ada banyak permintaan perorangan ataupun keluarga masyarakat Depok yang ingin dimakamkan berdampingan dengan keluarganya yang telah lebih dulu wafat.
Namun, karena alasan kesehatan, makam yang diizinkan untuk iisi kembali harus berumur di atas lima tahun untuk jasad baru.
Lambert menyebutkan, pemakaman YLCC memiliki sejarah yang menceritakan kehidupan Depok Lama di masa lalu. Ia menilai, pemakaman YLCC memiliki keindahan.
"Makam ini menunjukkan hubungan sejarah yang kuat antara Belanda dan Indonesia," ujar Lambert.
Sementara itu, Direktur Erasmus Huis, Yolande Melsert mengatakan, pemakaman YLCC mirip dengan pemakaman-pemakaman di Belanda. Ia melihat ada kesamaan bentuk makam dan nisan antara di Indonesia dan Belanda.
"Ya, saya sangat mengenali ciri-ciri makam di Belanda dan Indonesia. Ini sangat mirip," kata Yolande saat berbincang dengan Kompas.com di pemakaman YLCC.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.