Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Berulang Transjakarta Berujung Penghentian Sementara 2 Operator Bus

Kompas.com - 05/12/2021, 08:56 WIB
Singgih Wiryono,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan yang dialami Transjakarta dalam 40 hari terakhir memaksa jajaran direksi Transjakarta membuat keputusan menghentikan sementara dua operator bus.

Dua operator bus yang dihentikan sementara yaitu Steady Safe dan Mayasari Bhakti.

Dua operator tersebut terlibat dalam kecelakaan yang terjadi pada Kamis (2/12/2021) lalu. Kecelakaan bus dengan nomor lambung SAF025 itu menabrak pos polisi dan mengakibatkan satu orang korban luka-luka.

Sedangkan operator Mayasari Bhakti bernomor lambung MYS17069 itu mengalami kecelakaan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (3/12/2021) lalu.

Baca juga: 229 Bus Berhenti Beroperasi Imbas Kecelakaan, Transjakarta Jamin Layanan Tak Terganggu

"Selama pemberhentian operasi, operator wajib melakukan pengecekan menyeluruh terhadap armada, meliputi brake, steering, engine, transmisi dan lain-lain," kata Direktur Utama PT Transjakarta Yana Aditya.

5 kecelakaan dalam 40 hari terakhir

Kecelakaan bertubi-tubi yang dialami Transjakarta tercatat terjadi dalam waktu yang berdekatan.

Kecelakaan terparah terjadi pada 25 Oktober 2021, 31 orang mengalami luka-luka dan memakan dua korban tewas.

Kecelakaan kembali terjadi berselang empat hari, tepatnya 29 Oktober 2021. Kecelakaan terjadi di Gandaria City, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Kecelakaan tunggal tersebut disebabkan oleh sopir yang mengantuk hingga menabrak beton separator sisi kanan jalan.

Baca juga: Kecelakaan Berulang Bus Transjakarta, Perombakan Direksi Belum Jadi Opsi

Belum genap sebulan, bus Transjakarta kembali mengalami masalah. Pada 4 Oktober 2021, bus Transjakarta mengeluarkan asap akibat tali vanbelt air conditioner (AC) yang terputus.

Peristiwa kecelakaan kembali terjadi Kamis (2/12/2021) kemarin, bus Transjakarta kembali alami kecelakaan tunggal karena menabrak pos polisi di Jalan Mayjen Sutoyo, PGC, Jakarta Timur.

Terbaru, kecelakaan tunggal kembali terjadi Jumat (3/12/2021) siang. Kali ini bus Transjakarta rute 1A Blok M - Balai Kota yang menabrak separator di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.

Kurangi kepercayaan publik

Peristiwa rangkaian kecelakaan itu dinilai menurunkan kepercayaan publik terhadap transportasi umum di DKI Jakarta.

Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz menyebut, kecelakaan ini memberikan perspektif masyarakat merasa tidak aman saat menggunakan Transjakarta.

"Kita tidak ingin kejadian (kecelakaan) seperti ini membuat publik menilai bahwa angkutan umum (Transjakarta) ini tidak aman," kata Aziz.

Baca juga: Pemprov DKI Akan Libatkan KNKT untuk Audit Kecelakan Berulang Transjakarta

Untuk itu, Aziz meminta agar direksi Transjakarta bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dalam rangkaian 5 kecelakaan dalam 40 hari tersebut.

Dia berencana memanggil jajaran direksi Transjakarta dalam rapat kerja DPRD DKI Jakarta Senin (6/12/2021).

"Kita panggil TJ ini untuk melaporkan update dari rekomendasi yang kita berikan, sudah sejauh mana, sudah jalan apa belum, hambatannya apa kalau belum jalan. Kalau sudah jalan kenapa bisa jadi seperti ini," kata Aziz.

Direktur minta maaf

Dirut Transjakarta Yana Aditya meminta maaf atas serangkaian peristiwa kecelakaan yang terjadi.

"Saya atas nama direksi PT Transjakarta memohon maaf terkait kecelakaan di hari Kamis dan Jumat kemarin," kata dia, Sabtu (4/12/2021).

Yana mengatakan, Transjakarta saat ini terus melakukan upaya perbaikan dan audit menyeluruh terkait dengan keamanan operasional Transjakarta.

Baca juga: Sering Alami Kecelakaan, Transjakarta Gandeng KNKT Audit Keselamatan Operasi

Setelah kecelakaan maut 25 Oktober 2021, kata Yana, Transjakarta sebenarnya sudah melakukan pembenahan internal dengan menggelar pemeriksaan medis besar-besaran.

Selain pemeriksaan medis menyeluruh, Transjakarta juga menggelar pembinaan pengemudi dengan master driver Transjakarta dan Polda Metro Jaya.

"Tapi pembinaan pramudi memang butuh waktu, untuk setiap operator dengan jumlah pengemudi yang banyak, MCU (medical check up) yang masif dilakukan memang butuh waktu," tutur Yana.

Yana juga mengatakan, proses audit keamanan operasional Transjakarta sudah diberikan pada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com