"Kita sayangkan kenapa itu dipertemukan gitu. Itu kan harusnya enggak boleh dipertemukan antara pelaku dengan korban. Trauma lah itu," sambungnya.
Dalam pertemuan tersebut, P2TP2A Tangsel turut hadir.
Heran dengan kehadiran pelaku di tengah-tengah pertemuan, pihaknya langsung mengambil alih kasus pelecehan seksual itu.
Di sisi lain, Tri mengungkapkan bahwa kondisi fisik ketiga korban saat ini dalam keadaan baik-baik saja.
Namun, dia tak mengetahui kondisi psikis para korban saat ini.
Tri menyebut, ketiga korban untuk sementara ini diliburkan dari aktivitas bersekolahnya.
Pihaknya hendak memberikan pendampingan psikis kepada ketiga siswi SMK itu.
Keganjilan pihak sekolah
Tri berujar, pihak sekolah belum memberitahu orangtua dari ketiga korban berkait aksi pelecehan seksual itu.
Pihak sekolah justru berkeinginan agar jangan sampai orangtua masing-masing mengetahui bahwa putri-putrinya mengalami pelecehan.
Saat ditanya mengapa pihak sekolah tak ingin orangtua korban mengetahui kasus itu, Tri berujar bahwa sekolah tersebut jelek.
"Sekolahannya jelek. Pandangan kayak gitu salah," ucap dia.
Tri mengetahui bahwa pihak sekolah tak ingin orangtua korban menyadari pelecehan seksual itu saat pihak sekolah mengadakan pertemuan.
Sejak pertemuan berlangsung hingga saat ini, kata Tri, orangtua korban belum mengetahui bahwa anak-anaknya dilecehkan.
Oleh karena itu, P2TP2A Kota Tangsel hendak memanggil orangtua korban.