TANGERANG, KOMPAS.com - Lamanya proses untuk menjalani karantina kesehatan gratis di Wisma Atlet dikeluhkan oleh seorang penumpang perempuan dari luar negeri yang tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang.
Keluhan itu terekam dalam sebuah video berdurasi sekitar dua menit yang beredar di aplikasi pengirim pesan WhatsApp.
Peristiwa yang terekam itu terjadi pada Sabtu (18/12/2021) pagi.
Baca juga: Wisatawan dari Luar Negeri Jalani Karantina di Wisma Atlet, Ini Penjelasan Satgas Udara
Seusai mengeluhkan lamanya proses untuk menjalani karantina kesehatan, akhirnya perempuan yang merupakan wisatawan itu terpaksa diberangkatkan Satgas Udara Covid-19 Bandara Soekarno-Hatta ke Wisma Atlet.
Belakangan terungkap, tak hanya perempuan tersebut yang menjalani karantina di Wisma Atlet. Banyak wisatawan lainnya yang memaksa menjalani karantina di Wisma Atlet.
Satgas Udara Covid-19 Bandara Soekarno-Hatta pun terpaksa mengizinkan mereka agar tak dianggap arogan.
Perempuan perekam video itu mengaku seorang turis. Dia menyebutkan bahwa video itu diambil pada Sabtu sekitar pukul 04.00 WIB.
Dia mengaku sudah menunggu untuk karantina sejak pukul 18.00 WIB pada hari sebelumnya, Jumat (17/12/2021).
Komandan Satgas Udara Covid-19 Bandara Soekarno-Hatta Letkol Agus Listiono mengatakan, waktu tunggu untuk menjalani karantina menjadi lama karena Wisma Atlet ditutup setelah seorang petugas kebersihan di sana terinfeksi virus corona varian Omicron.
Sehingga, Satgas Udara Covid-19 Bandara Soekarno-Hatta harus mengirim para penumpang ke lokasi karantina lain.
Baca juga: Izinkan Wisatawan Karantina di Wisma Atlet, Satgas Udara: Mau Tak Mau, Nanti Saya Dibilang Arogan
Lagi pula, Agus menyebutkan bahwa perempuan perekam video merupakan wisatawan yang tak berhak menjalani karantina di Wisma Atlet.
Sebab, berdasarkan Surat Edaran (SE) Satgas Covid-19 Nomor 25 Tahun 2021, penumpang dari luar negeri yang diizinkan untuk karantina di Wisma Atlet hanya pekerja migran Indonesia (PMI), pelajar, dan aparatur sipil negara (ASN).
Namun, perempuan itu ogah menjalani karantina berbayar di hotel sehingga Satgas Udara terpaksa mengizinkan dia menjalani karantina gratis di fasilitas kesehatan milik pemerintah.
Karena wisatawan itu menolak untuk dikarantina di hotel, Satgas Udara memberikan hukuman, yakni menempatkan perempuan itu di antrean paling belakang saat proses pemindahan para penumpang pesawat ke lokasi karantina gratis.
Dengan demikian, perempuan yang sudah menunggu karantina kesehatan sejak Jumat malam itu baru berangkat ke lokasi karantina pada Sabtu siang atau sore.