Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KALEIDOSKOP 2021] Duka di Tengah Tahun: Tentang Kita, Jakarta, dan Corona

Kompas.com - 25/12/2021, 09:04 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

"Ini menuju ke tahap 10 hektare, yang 6 hektare kan sudah selesai. ini 3 hektare menuju 10 hektare. Sudah penuh semua kan, Tegal Alur full, Pondok Rangon udah full," kata Hari di Jakarta Pusat, Jumat (20/8/2021)

Ia pun menyebut, pada masa lonjakan kasus Covid-19 Juni-Juli lalu, rata-rata pemakaman jenazah dengan protokol kesehatan di TPU Rorotan berjumlah 400 jenazah per hari.

Krisis oksigen

Masalah yang dihadapi Ibu Kota bukan hanya fasilitas kesehatan saja, warga juga harus berjuang mendapatkan oksigen.

Kasubag Humas RS Fatmawati Jakarta Selatan, Atom mengatakan, oksigen di rumah sakit mulai menipis, khususnya untuk tabung gas portabel.

"Infonya untuk tabung gas portabel yang memang ada sedikit hambatan, tapi alhamdulillah bisa teratasi, untuk gas liquid kita sudah terisi," kata Atom, Minggu (4/7/2021).

Belum lagi pasien Covid-19 yang tidak mendapat perawatan di rumah sakit harus berjuang mandiri mendapatkan oksigen. Keluarga mereka harus antre mendatangi fasilitas pengisian oksigen berbayar.

Seperti antrean di pos pengisian oksigen di Jalan Raya Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur pada Senin kemarin.

Rismanto, salah satu warga yang sedang membawa tabung oksigen mengaku sudah antre berjam-jam demi mendapatkan 1 meter kubik oksigen yang dipatok dengan harga Rp 30.000.

"Saya antre dari pukul 08.00 WIB dan baru dapat sekitar pukul 09.30 WIB. Ini sekarang Rp 30.000 harganya. Ini untuk ibu saya yang lagi isolasi mandiri di rumah," kata Rismanto, sebagaimana diwartakan Tribun Jakarta.

Kondisi serupa juga terjadi di depot pengisian oksigen di CV Rintis Usaha Bersama di Jalan Minangkabau, Setiabudi, Jakarta Selatan.

Tak berselang lama setelah penjual memasang papan informasi bertulisan "Buka jam 14.00", warga mulai berdatangan. Nurdini, hanya bisa menangis melihat antrean panjang di depannya.

Ia bercerita harus segera mendapatkan oksigen demi sang ayah yang sudah mengalami sesak.

“Bapak saya udah parah, lagi sesak, baru lagi merasakan sesak. Kemarin enggak apa-apa. Kirain saya enggak antre, tahunya antre, makanya saya kaget,” ujar Nurdini sambil menangis, seperti diberitakan Wartakotalive.com.

“Saya dari pagi cari isi ulang oksigen, sudah cari ke mana-mana, tapi habis,” tambahnya.

Atas kebaikan pembeli lainnya, Nurdini pun dipersilakan menyerobot antrean untuk mengisi tabungnya dan segera pulang menuju rumahnya di kawasan Pisangan, Jakarta Timur.

****

Pertengahan 2021, memang menjadi catatan duka bagi banyak orang. Menengok ke momen itu mungkin memberi perih, namun sekaligus pengingat.

Rentetan duka itu bisa saja kembali lagi, mengingat virus jahat ini masih enggan angkat kaki dari negeri ini.

Terlebih, berbagai ramalan datangnya gelombang ketiga kasus Covid-19 bisa saja datang di awal tahun nanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com