Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT MRT Jakarta Temukan Rel Trem Zaman Kolonial Saat Proses Konstruksi

Kompas.com - 27/12/2021, 17:43 WIB
Sania Mashabi,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT MRT Jakarta menemukan rel trem yang dibangun di zaman kolonial Belanda saat proses konstruksi jalur MRT Jakarta fase 2A Glodok-Kota, Jakarta Barat.

Penemuan rel trem itu dibenarkan oleh Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta, Silvia Halim.

"Ini (rel trem) kemarin yang paling terakhir kita temukan galiannya di bulan Desember pada kedalaman beragam antara 15 sampai 110 centimeter," kata Silvia dalam diskusi daring, Senin (27/12/2021).

Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, rel trem itu nantinya akan dipindahkan dan diteliti lebih lanjut.

"Ya memang dulu itu kan pada zaman Belanda memang ada rel trem ya. Tentu itu kan nanti akan dipindahkan," kata Riza, Minggu (27/12/2021). 

Baca juga: Rel Trem Ditemukan di Lokasi Proyek MRT Fase 2 di Kota Tua

Ia mengatakan, ada kemungkinan bahwa trem akan dihidupkan kembali di masa depan.

Penemuan rel trem oleh PT MRT Jakarta ternyata bukan yang pertama kali terjadi.

Sebelumnya, PT MRT Jakarta menemukan rel trem di lokasi pembangunan MRT Fase 2 di kawasan Kota Tua, Jakarta.

"Kami di tahap awal menemukan (rel) trem di bulan Agustus kemarin di salah satu titik investigasi arkeologi," kata Silvia.

Rel trem tersebut ditemukan saat proses konstruksi Fase 2 di sekitar area Museum Bank Mandiri.

"Kami melakukan investigasi arkeologi di depan (Museum Bank) Mandiri dan di situ memang ditemukan (rel) trem," lanjut dia.

Baca juga: Napak Tilas Moda Transportasi Umum yang Sempat Seliweran di Jalanan Ibu Kota

Sejarah trem di Jakarta

Catatan Kompas.com, trem listrik sudah ada di Jakarta atau Batavia pada penghujung tahun 1897.

Awalnya, pada tahun 1869, trem masih ditarik dengan menggunakan tenaga kuda. Kemudian pada tahun 1881, tenaga kuda diganti dengan mesin uap.

Di era kemerdekaan, perusahaan pengelola trem dinasionalisasi dan kemudian menjadi Perusahaan Pengangkutan Penumpang Djakarta atau PPD.

Lalu pada medio tahun 1960-an, Presiden Soekarno memerintahkan penghentian pengoperasian trem listrik di Ibu Kota.

Menurut Heri Sugiarto dalam bukunya yang berjudul "Overland: Dari Negeri Singa Ke Daratan Cina Jilid 2 (2018)", salah satu alasan yang membuat trem ini diberhentikan pengoperasiannya adalah pemikiran Presiden Soekarno yang menganggap trem kurang cocok ditempatkan di Jakarta.

Presiden saat itu lebih menginginkan kehadiran kereta bawah tanah sebagai moda transportasi publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com