Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saling Lapor Sopir Taksi Online dan Penumpang yang Berujung Damai...

Kompas.com - 02/01/2022, 10:24 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang sopir taksi online dan penumpangnya saling melaporkan ke polisi di kawasan Tambora, Jakarta Barat. 

Saling lapor itu berawal dari penumpang yang muntah di perjalanan, hingga akhirnya terjadi baku hantam.

Kedua pihak merasa tak terima dan saling lapor dugaan penganiayaan. Bahkan, salah satu pihak sempat dinyatakan sebagai tersangka dan dibui.

Namun, kedua pihak kini tidak lagi saling ngotot membela diri, dan dikabarkan sudah sepakat berdamai.

Muntahan

Kejadian bermula pada Kamis (23/12/2021) lewat tengah malam, sopir taksi online GJ (47) mengantarkan NT (25) dan saudaranya dari kawasan Pantai Indah Kapuk menuju Tambora, Jakarta Barat.

Dalam perjalanan, NT sempat muntah ke luar jendela karena mual. Diakuinya, ia sempat meminum minuman beralkohol sebelumnya.

Setibanya di lokasi tujuan, NT membayarkan uang tips, sebagai uang ganti rugi kebersihan atas muntahan yang mengenai bagian mobil tersebut.

Baca juga: Duduk Perkara Sopir Taksi Online Aniaya dan Lecehkan Penumpang Gara-gara Muntah

Menurut versi NT kepada wartawan, nominal uang itu diberikan sebanyak Rp 100.000, lantaran ia tidak memiliki uang tunai lagi.

"Kebetulan di dompet saya uang tunainya hanya segitu, saya bilang 'mas sorry mas saya enggak ada uang cash lagi'. Terus dia malah ngomong, 'halah lagak lu sok kaya, pergi minum bisa lo sampe juta jutaan'. Begitulah pokoknya, dia hina-hina saya," aku NT kepada wartawan, Jumat (24/12/2021).

Sedangkan, GJ melalui pengacaranya, mengatakan nominal itu diberikan sebesar Rp 50.000, namun diberikan sembari mengeluarkan kata-kata kasar.

"Sambil mengeluarkan kata-kata kasar, 'dasar bangsat, anjing babi lo, bang', " kata pengacara GJ, Siprianus Edi Hardum, Sabtu (25/12/2021).

Baca juga: Sopir Taksi Online dan Penumpang Saling Lapor Kasus Penganiayaan di Tambora, Polisi Cari Fakta Hukumnya

GJ yang menolak uang dengan nominal tersebut pun meminta nominal dinaikan. Menurut NT, sopir sempat meminta Rp 300.000 dan Rp 500.000. NT pun mengaku melihat saudarinya diancam.

"Dia ancam cici saya, kalau misalnya uang itu enggak dikasih, dia akan panggil teman-temannya untuk keroyok kami," kata NT.

Mengakui sempat meminta Rp 300.000, GJ beralasan, jumlah tersebut sebagai kompensasi karena dia tidak bisa mengambil penumpang lagi dalam keadaan mobil terkena muntahan.

"Alasan minta Rp 300.000 itu untuk kompensasi karena GJ tidak cari penumpang lagi dengan kondisi ada kotoran muntahan gitu," kata Siprianus.

Tuduhan pelecehan seksual

Kemudian, NT mengaku sempat dipegang tangan dan dagunya oleh sopir saat negosiasi harga. Ia juga merasa dilecehkan, karena kontak fisik itu sempat mengenai payudaranya.

"Saya dipegang, dipegang dagunya gitu. Terus saya dipegang-pegang di area pundak, area bahu, terus dirangkul, dipeluk," kenang NT dengan pahit.

"Setelah dia pegang-pegang saya dan mengenai payudara ya," lanjut NT.

Baca juga: Sopir Taksi Online yang Aniaya dan Lecehkan Penumpang Mengaku Juga Dianiaya Korban

Namun, polisi membantah adanya pelecehan seksual dalam peristiwa tersebut.

"Jadi hasil pemeriksaan dalam BAP, baik kepada tersangka maupun pelapor atau korban, tidak ada pelecehan seksual," ungkap Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Endra Zulpan, Selasa (28/12/2021).

Zulpan menjelaskan, yang terjadi saat itu, tangan GJ, memegang dagu NT yang kemudian ditepis.

Baca juga: Polisi Sebut Sopir Taksi Online Tak Lecehkan Penumpang Perempuan di Tambora

"Yang ada, yang saya sampaikan tadi, hanya megang dagu, kemudian ditepis (oleh NT)," lanjut Zulpan.

GJ mengaku hanya memegang tangan kiri NT untuk mencegatnya pergi lalu meminta uang ganti rugi yang dianggapnya sesuai.

Akibat tuduhan pelecehan seksual yang sudah terlanjur viral di media sosial itu, GJ mangaku dirundung masyarakat sebagai pelaku pelecehan seksual.

Diketahui, NT sempat mengunggah kronologi kejadian tersebut di akun Instagram pribadinya satu hari setelah kejadian. Unggahan itu pun mendapat banyak perhatian netizen.

Merasa dipukul duluan

Selanjutnya, menurut versi NT, lantaran merasa risih dipegang-pegang, tangan GJ pun ditepisnya. Dari situ, GJ disebut langsung menampar NT.

"Begitu saya menepis tangan dia, dia langsung tampar saya," kata NT.

Tak tinggal diam, NT pun membalas tamparan itu dengan sebuah pukulan, yang juga dibantu saudari NT yang menumpang di mobil itu bersama-sama.

Baca juga: Perempuan Diduga Dilecehkan dan Ditendang, Polisi Buru Sopir Taksi Online

Lanjut NT, si sopir kemudian membalas pukulan dengan menendang perut NT.

"Setelah saya pukul dia, dia langsung nendang saya di bagian perut," kata NT.

Saat itu, adik NT, datang dan geram mengetahui kakaknya dilukai. Perkelahian antara sopir dan adik NT pun terjadi.

Akibat kejadian itu, NT dan adiknya pun mengalami luka ringan. NT mengaku mengalami luka ringan dan trauma.

"Meskipun ini hanya luka ringan, sebenarnya lukanya enggak seberapa, tapi efek dari traumanya. Saya dilecehin, dipegang payudara, ditendang, ditampar," ujar NT.

Tim Kuasa Hukum sopir taksi online yang diduga menganiaya penumpang di Tambora, Jakarta Barat, Siprianus Edi Harddum membantah perseteruan antar penumpang dan sopir taksi tersebut sebagai sebuah penganiayaan, melainkan perkelahian. Kompas.com/MITA AMALIA HAPSARI Tim Kuasa Hukum sopir taksi online yang diduga menganiaya penumpang di Tambora, Jakarta Barat, Siprianus Edi Harddum membantah perseteruan antar penumpang dan sopir taksi tersebut sebagai sebuah penganiayaan, melainkan perkelahian.
Di sisi lain, menurut versi GJ, ia hanya melakukan pembelaan diri. Menurut pengacara GJ, NT memukul dia duluan dengan tangan kanan.

Baca juga: Polisi Tangkap Sopir Taksi Online yang Aniaya dan Lecehkan Penumpang di Tambora

"Karena tangannya dipegang (oleh GJ, lantaran ingin mencegat dan meminta uang ganti rugi lebih), NT seperti berontak dan memukul GJ pakai tangan kanan. Mengenai kepala GJ bagian kiri. Karena dipukul seperti itu, GJ geregetan lalu pegang pipi NT," kata Siprianus.

"Karena pipinya dipegang, NT menyerang memukul GJ. GJ berusaha menghindar dengan jalan mundur, sambil membalas pukulan NT. Saat membalas inilah, tangan kiri GJ mengenai pelipis kanan NT yang menyebabkan luka di pelipis kanan NT," ungkap Siprianus.

Saat melangkah mundur itu juga, kata Siprianus, lutut GJ mengenai tangan NT yang kemudian menyebabkan tangan NT terluka.

GJ merasa dikeroyok dan diinjak

Saat adik NT datang lantaran tak terima kakaknya terluka, GJ mengaku, laki-laki itu langsung menyerangnya.

"Lelaki itu langsung menyerang DJ. DJ langsung piting kepala pria itu dengan lengan kanan. Maka terjadinya gelut, dan keduanya jatuh ke jalan yang beraspal," kata Siprianus.

Saat bergelut itu, GJ mengingat ada lebih dari satu orang yang menyerangnya. Ia mengaku dikeroyok. Bahkan, ada orang yang menginjak kepalanya.

Baca juga: Muntah di Perjalanan, Penumpang Perempuan Ditendang, Dihina, dan Dilecehkan Sopir Taksi Online di Tambora

"Saat itu, GJ merasa ada yang menginjaknya sehingga kepala bagian kanan luka memar dan lengan kanan dan kiri serta lutut luka," kata dia.

Selain itu, Siprianus juga menceritakan bahwa kliennya menerima ancaman pembunuhan leeat pesan singkat. Ancaman itu datang dari seseoranng yang mengaku aparat tentara dan juga keluarga NT.

"GJ ini menerima ancaman dari orang yang mengaku TNI. Oknum itu bilang bahwa dia keluarganya si pelapor (NT) yang ngepos di Jatake, Tangerang," bebernya.

Siprianus merinci, oknum tersebut mengancam akan membunuh keluarga GJ. Keadaan ini diakui GJ membuatnya stres.

"Ia mengancam akan menghabisi istri dan anaknya. Bahkan, menyebut nama sudah kasar sangat sekasar. Ada ancaman pembunuhan diabisin, itu kan pembunuhan," sebut dia.

Baca juga: Penumpang Taksi Online yang Dianiaya Mengaku Keluarga TNI, Ancam Bunuh Driver Grab

Siprianus menyebut, GJ juga stres lantaran tidak lagi bisa mencari nafkah. Sebab, akun kerjanya telah dibekukan oleh pihak Grab Indonesia lantaran perkara ini.

Saling lapor penganiayaan dan berakhir damai

Singkat cerita, setelah dilerai warga dan si sopir pergi. NT langsung melaporkan kejadian ini ke Polsek Tambora. GJ pun dilaporkan atas tuduhan penganiayaan lengkap dengan bukti visum dari RS Atmajaya.

Beberapa hari kemudian, Polsek Tambora mengamankan GJ yang sedang berada di kawasan Slipi, Jakarta Barat.

Dianggap bukti penganiayaan kuat, dan GJ pun mengakui bahwa telah melakukan penganiayaan kepada NT, ia pun segera ditetapkan sebagai tersangka.

Polisi menyebut, GJ disangkakan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan.

"Dari kejadian tersebut, penyidik menetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka dengan ancaman hukuman paling lama dua tahun," jelas Zulpan.

Zulpan menyebut, penetapan sang driver Grab sebagai tersangka berdasarkan hasil pemeriksaan penyidik. Selain itu, ia menegaskan, GJ pun mengakui telah melakukan tindak penganiayaan tersebut.

"Dari hasil BAP, tersangka mengakui melakukan pemukulan sehingga unsur pidananya masuk," ungkap Zulpan.

Ia menjelaskan, perlu minimal dua alat bukti dalam penentuan tersangka. Polisi mengaku sudah mengantongi dua alat bukti.

Tak terima dibui, GJ pun melakukan perlawanan dengan melaporkan balik NT atas tuduhan yang sama, penganiayaan. Selain itu, pihaknya juga melaporkan dugaan pengeroyokan.

Baca juga: Sopir Taksi Online Dianiaya 2 Penumpang di Rawamangun, Wajah Memar dan Hidung Berdarah

Laporan itu dilayangkan melalui Polres Jakarta Barat. Sempat diinapkan beberapa hari, laporan itu kini sudah dicabut pihak GJ. Padahal, laporan itu belum sempat didapatkan hasilnya.

Laporan dicabut lantaran kedua pihak, GJ dan NT sepakat untuk berdamai dan saling berjanji tidak akan melakukan tuntutan hukum, pada Jumat (31/12/2021).

"Sejak semalam, GJ sudah kembali ke rumahnya. Dia bisa merayakan malam tahun baru bersama keluarga," ujar Siprianus.

Siprianus mengatakan, GJ dan NT sudah saling memaafkan dan mengakui kesalahan masing-masing.

Sedangkan NT, dalam unggahan di akun Instagramnya, meminta masyarakat untuk tidak lagi menyudutkan kedua pihak setelah perdamaian ini.

"Mohon kepada teman-teman untuk tidak men-judge atau menyudutkan saya maupun beliau baik secara lisan maupun tulisan," tulis NT.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com