Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Omicron di DKI Kian Melonjak, Kasus Transmisi Lokal Diprediksi Akan Mendominasi

Kompas.com - 31/01/2022, 07:58 WIB
Singgih Wiryono,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyebaran virus Corona varian Omicron di DKI Jakarta kian meluas.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, pada Minggu (30/1/2022), tercatat ada 2.892 kasus varian Omicron.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.581 kasus karena pelaku perjalanan luar negeri dan 1.311 kasus transmisi lokal.

Dalam sepekan terakhir, terdapat peningkatan kasus yang signifikan. Pada 24 Januari tercatat ada 1.583 kasus varian Omicron. Jumlah ini bertambah menjadi 1.697 kasus sehari berikutnya.

Kemudian pada 26 Januari, Dinas Kesehatan mencatat ada 1.922 kasus varian Omicron, 27 Januari menjadi 2.404 kasus, dan 28 serta 29 Januari sebanyak 2.525 kasus.

Baca juga: Omicron Telanjur Menyebar di Indonesia, Kenali dan Kendalikan!

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria meminta masyarakat tak menganggap remeh penyebaran Covid-19 varian Omicron.

Meski berdasarkan hasil riset Omicron disebut tak memiliki gejala fatal, namun varian ini sudah menelan korban jiwa.

"Sekalipun Omicron tidak berbahaya seperti varian Delta, tapi jangan dianggap enteng karena ada kasus Omicron yang meninggal di Jakarta sekalipun memang ada komorbid," kata Riza, Minggu (30/1/2022).

Riza menuturkan, lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Omicron memengaruhi tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) perawatan pasien.

BOR di Jakarta sudah mencapai 56 persen. Artinya, dari 4.361 tempat tidur yang disiapkan untuk perawatan, kini sudah terisi 2.426 pasien.

Begitu juga dengan 651 tempat tidur di ICU yang tersedia sudah terisi 152 pasien.

"ICU-nya sudah 19 persen, naik lagi," kata Riza.

Riza meyakini, kasus Omicron akibat transmisi lokal akan mendominasi ketimbang kasus karena pelaku perjalanan luar negeri.

"Ini sebentar lagi terbalik. Sebelumnya kasus impornya yang besar, sekarang yang lokal," ucap dia.

Baca juga: Kasus Covid-19 Varian Omicron di Jakarta Didominasi Transmisi Lokal

Kasus positif Covid-19

Sementara itu, data terbaru yang diunggah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Minggu (30/1/2022), tercatat ada penambahan 6.622 kasus Covid-19 dalam sehari.

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan, dari temuan kasus baru tersebut, sebesar 95,6 persen merupakan transmisi lokal.

"Kasus positif baru berdasarkan hasil tes PCR hari ini bertambah 6.622, yang mana 6.323 di antaranya juga merupakan transmisi lokal," kata Dwi, dalam keterangan tertulis, Minggu.

Penambahan yang meninggi menyebabkan angka kumulatif kasus Covid-19 kini berada di angka 908.093 kasus.

Kemudian, kasus aktif Covid-19 meningkat menjadi 27.977, atau bertambah sebanyak 4.580 pasien dibandingkan hari kemarin.

Di sisi lain, penambahan pasien sembuh juga alami peningkatan sebanyak 2.030 sehingga total pasien sembuh kini berada di angka 866.477 kasus.

Baca juga: Kemenkes: Risiko Kematian Akibat Omicron Tetap Ada, Masyarakat yang Bergejala Segera Tes!

Fenomena puncak gunung es

Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi dalam beberapa hari terakhir masih tahap awal.

Dia menilai, kasus Covid-19 yang secara nasional yang menembus angka 11.000 dalam sehari merupakan fenomena puncak gunung es.

Sebab, penularan varian Omicron jauh lebih cepat dengan angka reproduksi di atas 5 persen.

"Kalau Indonesia melaporkan 11.000 kasus bahkan 20.000 (kasus dalam sehari) sekaligus, itu fenomena puncak gunung es, kita harus sadari ini hitungan matematis yang sangat rasional (dari) pertumbuhan Omicron ini yang masa inkubasinya singkat dan angka reproduksinya di atas 5," tutur Dicky.

Untuk diketahui, angka reproduksi adalah tingkat potensi penularan virus. Jika angkanya 1, berarti satu orang pasien bisa menularkan virus kepada satu orang lainnya.

Jika angka reproduksinya 5, maka satu orang pasien bisa menularkan virus ke lima orang lainnya.

Di samping itu, pola pertumbuhan varian omicron juga lebih cepat yaitu 2-3 hari, sehingga Dicky memprediksi mayoritas masyarakat sudah terinfeksi Omicron.

Namun, sekitar 80-90 persen kasus Covid-19 Omicron memiliki gejala ringan dan sedang.

Baca juga: Kita Masih di Awal, Belum Puncak Kasus Omicron, Jangan Sampai RS Penuh Duluan...

"Ini yang membuat orang enggak aware apalagi Indonesia literasi masyarakat kita terhadap Covid-19 masih sangat harus kita tingkatkan," ucapnya.

Oleh sebab itu, Dicky mendorong agar pelaksanaan 3T yaitu pemeriksaan (testing), pelacakan kontak erat (tracing) dan perawatan (treatment) ditingkatkan sebagai salah satu upaya mitigasi.

Ia mengatakan, keterlambatan upaya 3T akan berdampak pada kelompok rentan seperti lansia, anak, dan penderita komorbid.

"Kalau tidak ada mitigasi yang kuat dalam peningkatan kasus ini, ini akan menyebar ke kelompok berisiko tinggi seperti lansia, komorbid, anak. Jadi ke depan korban bisa terjadi lagi, orang-orang di rawat RS, meninggal, itu bisa terjadi," ucapnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com