JAKARTA, KOMPAS.com - Camat Cilincing Muhammad Andri mengatakan, keluhan warga Rumah Susun (Rusun) Marunda, Jakarta Utara, yang terdampak abu batu bara kurang direspons oleh pihak perusahaan.
Warga Rusun Marunda mengeluhkan soal pencemaran abu dari tempat penampungan batu bara milik PT Karya Citra Nusantara (KCN). Menurut Andri, mediasi antara warga dan pihak perusahaan sudah digelar beberapa kali.
"Sudah beberapa kali dimediasi, dialog KCN dengan warga, tetapi sepertinya KCN kurang respons dengan perwakilan warga," kata Andri, kepada Kompas.com, Senin (14/3/2022).
Baca juga: KPAI Terima Laporan Soal Anak-anak Rusun Marunda Tercemar Abu Batu Bara
Andri mengatakan, Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta telah melakukan pemeriksaan lapangan ke PT KCN.
Ia menuturkan, pihaknya telah melakukan peninjauan lokasi bersama Dinas LH pada Januari 2022 lalu. Hasil pemeriksaan, kata dia, akan disampaikan oleh Dinas LH.
"Kami sama-sama tinjau lokasi bersama Dinas LH ke KCN, bulan Januari," ujar dia.
Namun, terkait teguran terhadap PT KCN, Andri mengatakan, hal ini merupakan kewenangan Dinas LH.
Sementara, pihak kecamatan telah menyediakan puskesmas bagi warga Rusun Marunda yang terdampak pencemaran. "Di Rusun kami sudah punya puskesmas," kata dia.
Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima laporan tentang pencemaran batu bara di Rusun Marunda, Jakarta Utara, yang berdampak pada kesehatan warga terutama anak-anak.
Pencemaran diduga telah menimbulkan masalah pernapasan (ISPA), gatal-gatal pada kulit, dan ruang bermain anak yang penuh abu batu bara.
Baca juga: Anggota DPRD Sebut Pemprov DKI Tak Mampu Tangani Pencemaran Abu Batu Bara di Marunda
Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan, pihaknya mendapatkan informasi tersebut dari anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI-P Johny Simanjuntak, pada Minggu (6/3/2022) lalu.
Dalam menindaklanjuti itu, KPAI melakukan pengawasan di sekolah satu atap yang terdiri dari SDN Marunda 05, SMPN 290 Jakarta, dan SLB Negeri 08 Jakarta Utara, pada Kamis (10/3/2022).
Lokasi sekolah tersebut terdekat dari aktivitas pengolahan gunungan batu bara, bahkan gunungan batu bara tersebut dapat disaksikan dengan sangat jelas dari lantai 4 SMPN 290 Jakarta.
“Para guru dan kepala sekolah tersebut mengakui bahwa abu batu bara sangat menganggu aktivitas di sekolah. Debu di lantai harus disapu dan dipel sedikitnya empat kali selama aktivitas pembelajaran tatap muka (PTM) berlangsung dari pukul 06.30 sampai 13.00 WIB," kata Retno dikutip dari siaran pers, Minggu (13/3/2022).
Retno mengatakan, penjaga dan para petugas kebersihan sekolah menyebut bahwa abu batu bara tersebut baru mereda apabila hujan.