"Kalau yang tentang kasusnya satu, kita tampilkan kronologi lengkap sama dokumen yang pernah kita lakukan," ungkap dia.
Dalam kesempatan itu, Mardoto menegaskan bahwa pihak keluarga tak henti-hentinya mencari informasi untuk kasus kematian Akseyna.
Pihak keluarga, Mardoto menekankan, tak akan berhenti hingga kasus kematian putranya menemui titik terang.
"Tidak. Jadi itu kita prinsipnya tetap mengejar untuk keadilan Akseyna, tidak akan berhenti sampai belum ada penuntasan," tegasnya.
Sebagai informasi, usai ditemukan tewas, Akseyna mulanya diduga mengakhiri hidup sendiri oleh kepolisian.
Namun, polisi saat itu tak berhenti menyelidiki. Sejumlah saksi, barang bukti, dan hasil visum kembali diperiksa.
Penyidik juga memanggil saksi ahli grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation Deborah Dewi untuk memberikan keterangan terkait tulisan tangan pada surat itu.
Hasilnya, Debora menyatakan bahwa tulisan tangan pada surat itu bukan tulisan tangan Akseyna. Polisi kemudian berkeyakinan Akseyna adalah korban pembunuhan.
"Yang bisa diketahui adalah korban meninggal diduga bukan karena bunuh diri,” ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya saat itu, Komisaris Besar Krishna Murti.
Meski telah yakin bahwa Akseyna merupakan korban pembunuhan, polisi kesulitan mengungkap kasus tersebut.
Polisi menyebutkan, pengungkapan kasus ini cukup sulit karena kondisi tempat kematian korban sudah rusak akibat dimasuki orang yang tidak berkepentingan.
Hingga akhirnya, kasus kematian Akseyna masih menjadi misteri sampai saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.