Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duduk Perkara Kasus Perundungan Siswa SD di Depok, Melibatkan Anak Berkebutuhan Khusus

Kompas.com - 23/04/2022, 06:19 WIB
M Chaerul Halim,
Jessi Carina

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Aksi perundungan yang dilakukan oleh siswa di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Pancoran Mas, kota Depok, melibatkan sejumlah anak berkebutuhan khusus (ABK).

Plt Kepala SDN tersebut, Kusrini Maryati mengatakan, kejadian tersebut diawali ketika para siswa sedang mengikuti kelas menggambar dan mewarnai di luar kelas.

"Kemarin, lagi kelas mewarnai dan menggambar, sebagian menggambar, sebagian mewarnai. Karena yang ABK ini sudah selesai kata gurunya masuklah ke kelas," kata Kusrini saat ditemui wartawan, Jumat (22/4/2022).

Untuk di ketahui, jumlah siswa kelas VI berisi 25 siswa yang di antaranya, 10 siswa berkebutuhan khusus dan 15 siswa lainnya reguler. Sementara, 10 siswa berkebutuhan khusus lima di antaranya merupakan ABK tingkat tinggi.

Baca juga: Kasus Perundungan Siswa SD di Depok Libatkan Sejumlah Anak Berkebutuhan Khusus

"Ada 25 siswa di kelas IV, ABK-nya 10, dan 15 siswa reguler dengan dengan dua guru. Jadi bisa dibayangkan, itu yang 10 ABK itu lima di antaranya autisnya tinggi," papar Kusrini.

Lebih lanjut, kata Kusrini, setelah selesai menggambar dan mewarnai para siswa berkebutuhan khusus tersebut diperkenankan masuk kelas oleh gurunya.

Namun, seorang siswa mengadukan kepada gurunya saat korban inisial G (13) menangis setelah memasuki kelas.

"Baru gurunya enggak tahu berapa menit, sudah baku hantam. Menurut cerita dari gurunya, ada anak yang manggil 'Bu Ine itu G nangis, berantem sama J'. Nah ketika gurunya datang, memang nangis si G ini. Dia memang ada kelainan, tidak bisa ngomong," ujar Kusrini.

Saat ditanyai oleh gurunya, pelaku J (13) tak bermaksud merundung siswa G, ia mengaku hanya bercanda.

Baca juga: Dampak Mobil Tertabrak KRL di Depok, Aktivitas 89.000 Penumpang Terhambat

"Dia (pelaku) bilangnya bercanda, 'Ibu aku hanya bercanda' pokoknya dia bilang hanya bercanda," kata Kusrini.

Kusrini berujar salah satu teman kelasnya juga turut merundungi korban G. Selain itu, satu siswa lainnya berinisial R (13) yang memiliki IQ lebih tinggi dari ketiga siswa berkebutuhan khusus tersebut turut merekam aksi yang dilakukan kawan-kawannya.

"Ada satu temannya yang cuma nonton aja kemudian ikutan, yang videokan anak ABK juga (R) tapi IQ-nya lebih tinggi. Nah yang 3 itu IQ-nya di bawah 60," imbuh dia.

Atas kejadian tersebut, Kusrini mengaku akan memberikan sanksi terhadap pelaku perundungan. Untuk itu, ia juga sedang melakukan koordinasi dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB).

"Dari sekolah pasti ada ya sanksi, tapi kami lagi bekerjasama dengan dinas terkait. Kami sedang berembuk dan menelusuri terus kepada orang tua yang bersangkutan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com