Pada pemilu 2019, perolehan suara Gerindra di DPRD DKI pun meningkat lagi menjadi 19 kursi.
Tak hanya itu, Taufik juga menjadi aktor di balik kesuksesan duet Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok pada Pilkada DKI 2012 lalu.
Kemudian, pada Pilkada 2017 lalu Taufik juga berhasil mengantarkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menuju kursi DKI satu.
"Kalau itu masih belum juga dianggap sempurna, ya memang kesempurnaan bukan milik manusia," kata dia.
Baca juga: Dipecat Gerindra, M Taufik Beberkan Prestasinya Selama Pimpin Partai Tersebut di DKI Jakarta
Terakhir, Taufik juga dipecat lantaran dianggap tak bisa menyediakan kantor tetap bagi DPD Gerindra DKI. Ia lagi-lagi menilai alasan pemecatan itu tak masuk akal.
Sebab, target utama suatu partai adalah perolehan suara dan kursi, bukan kantor tetap.
"Ini bukan soal enggak adil, ini berarti mengada-ada argumennya. Partai targetnya apa? Kan targetnya kursi di DPRD, targetnya kekuasaan. Gubernur dua kali juga menanti, Wagub juga dapat," kata dia.
Sebelum dipecat dari keanggotaan partai, Taufik lebih dulu dicopot dari jabatan Ketua DPD Gerindra DKI dan juga Wakil Ketua DPRD DKI.
Taufik pun pernah menyampaikan kecurigaan bahwa pencopotannya itu dikarenakan dukungannya kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam pemilihan presiden 2024.
Di sisi lain, Partai Gerindra masih ingin mendukung Prabowo untuk maju kembali pada pilpres mendatang.
Sikap politik Taufik yang bertentangan dengan partai itu pernah disampaikannya secara terbuka saat menghadiri acara pelantikan Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Februari 2022.
Taufik dalam pidatonya sempat menyatakan mendoakan supaya Anies Baswedan bisa menjadi presiden.
"Itu dia presiden," kata Taufik sambil menunjuk ke arah Anies yang turut hadir dalam acara tersebut.
"Boleh kita doakan presiden ke depan datangnya dari KAHMI," sambung Taufik.
Baca juga: Manuver M Taufik Hendak Mundur dari Gerindra demi Dukung Anies, tapi Keduluan Dipecat
Setelah peristiwa itu, posisi Taufik di Gerindra terus digoyang.