JAKARTA, KOMPAS.com - Setidaknya 22 nama jalan di Jakarta telah resmi diganti oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Nama jalan yang diganti dengan nama tokoh Betawi itu bukan tanpa gejolak. Ada masyarakat yang mendukung. Ada pula yang khawatir.
Salah satu warga Pondok Gede, Jakarta Timur, Mei Suliswati mendukung langkah DKI Jakarta dalam pergantian nama tersebut.
Wilayah tempat tinggalnya itu berganti alamat menjadi Jalan Haji Bokir Bin Dji'un yang sebelumnya Jalan Raya Pondok Gede.
"Saya setuju saja karena beliau seniman populer di Ibu Kota Jakarta," ujar Mei dikutip dari Kompas TV, Rabu (22/6/2022).
Selain itu, Rocky, juga turut mendukung perubahan nama jalan menjadi nama seniman Betawi di daerahnya. Hal senada juga disampaikan oleh Jamal yang setuju ada nama Jalan Bang Pitung di dekat rumahnya.
"Kebetulan saya orang Betawi asli senang banget dengan adanya bacaan Bang Pitung. Karena dia yang membuat sejarah di Jakarta," tutur Jamal.
Meskipun mendukung kebijakan penggantian nama jalan itu, salah satu warga Pondok Gede, Jakarta Timur, Mei Suliswati, juga khawatir.
Mei berharap ada penyelarasan data identitas diri setelah pergantian nama jalan yang berdamak pada alamat di mana mereka tinggal.
"Sebetulnya kami setuju-setuju saja. Tapi saya mewakili warga setempat akan keberatan kalau nanti misalnya itu berpengaruh ke identitas lain," ujar Mei.
Baca juga: Tokoh Betawi Jadi Nama Jalan di Jakarta, Djarot: Lebih Setuju Lagi jika Jalannya Makin Bersih
Kamal selaku Ketua RT 004 RW 005 Cililitan, Kramatjati, menjadi juga merasa khawatir.
Jalan di wilayahnya berubah menjadi Jalan Entong Gendut dari sebelumnya Jalan Budaya.
Kamal khawatir dokumen kependudukan seperti kartu tanda penduduk (KTP), surat izin mengemudi (SIM), hingga kartu keluarga (KK) ikut ganti imbas perubahan nama jalan itu.
"Itu butuh waktu dan biaya tentunya mengurus hal itu. Karena bingung harus mengurus berkas tersebut," ujar Kamal di lokasi, Rabu (22/6/2022).
Kamal menuturkan, ada sekitar 30 keluarga di wilayahnya berpotensi mengurus pergantian dokumen kependudukan.
Baca juga: Lika-liku Hidup Haji Bokir, dari Penjudi Jadi Legenda Seniman Betawi